Rabu, 26 Mei 2010

Pendidikan Politik dan Pilkada Majene

Meskipun Era Reformasi telah berjalan lebih kurang 12 tahun, tetapi kita bangsa Indonesia masih ada di dalam masa transisi. Kita belum sepenuhnya secara viable menjalani masa wujud Demokrasi Indonesia yang sebenarnya, tepat dan memang yang diharapkan. Dengan dilakukannya pilkada maka sisi positifnya yang terutama adalah merupakan implementasi dari filosofi demokrasi dimana rakyat atau masyarakat secara langsung tanpa perwakilan memilih, menentukan dan menetapkan pilihannya yang sesuai. Disamping terwujudnya partisipasi dan tertampungnya aspirasi dari masyarakat atau rakyat daerah. Meskipun juga dapat kita lihat adanya berbagai dan beberapa dampak negatif atau kekurangannya, antara lain: Apabila Partai Politik belum mempersiapkan kadernya yang akan menjadi calon yang tahu dengan tepat politik pemerintahan, politik kepemimpinan dan manajemen pemerintahan, akhirnya hanya akan mengandalkan kepada kuantitas massa. Akibatnya akan timbul perbedaan pendapat di antara traditional voters dengan rational voters. Ketidaktahuan rakyat atau masyarakat (karena pendidikan dan sosialisasi) atas calon-calon, menumbuhkan pemilihan “asal” asau sederhanya “asal memilih”, munculnya “money politics” dalam menentukan dan memilih calon-calon dan Memudahkan munculnya konflik horizontal didalam masyarakat pemilih.


Tidak lama lagi Majene akan kembali berpesta, Pesta yang sudah di tunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia. Pesta demokrasi Pilkada yang merupakan ajang penyampaian aspirasi dari masyarakat. Pilkada adalah sebuah mekanisme politik untuk mengartikulasi aspirasi dan kepentingan warga Negara. Setidaknya ada 2 hal yang penting untuk dicermati yaitu Legitimasi politik dan Pendidikan Politik. Yang akan digaris bawahi disini adalah fungsi pilkada sebagai pendidikan politik bagi masyarakat di Majene, Pilkada adalah sebuah alat untuk melakukan pendidikan politik bagi masyarakat agar mereka memahami hak dan kewajibannya. Dengan terlibat dalam proses pelaksanaan Pilkada, diharapkan masyarakat Majene akan mendapatkan pengalaman langsung bagaimana selayaknya seorang masyarakat berkiprah dalam system demokrasi. Ia akan mengerti dan memahami posisinya sebagai pemegang kedaulatan yang sangat menetukan pembangunan Majene kedepan.

Ada banyak sekali harapan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat, ditengah ekonomi yang semakin berat ini rakyat miskin semakin menderita kehidupannya. Banyak sekali kebutuhan yang semakin sulit untuk dipenuhi, mulai dari masalah kesehatan, pendidikan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-haripun sangatlah berat. Kebutuhan pokok semakin tidak terjangkau lagi, sementara para pejabat masih terus saja melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme yang semakin menambah penderitaan rakyat. Untuk itu melalui Pilkada hendaknya menampung aspirasinya dan mencari jalan terbaik untuk penyelesaiannya. Maka peran sosialisasi pemilu akan sangat penting bagi terwujudnya tujuan tersebut.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia dengan upaya pengajaran dan pelatihan. Tingkat pendidikan sangat berperan didalam daya penyerapan serta kemampuan berkomunikasi. Istilah politik berasal dari bahasa yunani Polis yang artinya kota atau Negara yang kemudian muncul kata-kata polities yang artinya warga Negara dan kata politiko’s yang artinya kewarganegaraan. Politika adalah seni tentang kenegaraan yang dijabarkan dalam praktek di lapangan, sehingga dapat dijelaskan tentang bagaimana hubungan antar manusia (masyarakat) yang tinggal di suatu wilayah yang meskipun memiliki perbedaan pendapat dan kepentingannya, tetap mengakui adanya kepentingan bersama untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (Public Goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (Privat Goals). Lagipula politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan individu.

Pendidikan politik adalah aktifitas yang bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan orientasi-orientasi politik pada individu. Ia meliputi keyakinan konsep yang memiliki muatan politis, meliputi juga loyalitas dan perasaan politik, serta pengetahuan dan wawasan politik yang menyebabkan seseorang memiliki kesadaran terhadap persoalan politik dan sikap politik. Disamping itu, ia bertujuan agar setiap individu mampu memberikan partisipasi politik yang aktif di masyarakatnya. Pendidikan politik merupakan aktifitas yang terus berlanjut sepanjang hidup manusia dan itu tidak mungkin terwujud secara utuh kecuali dalam sebuah masyarakat yang bebas. Dengan demikian pendidikan politik memiliki tiga tujuan : membentuk kepribadian politik, kesadara politik, dan parsisipasi politik. Pembentukan kepribadian politik dilakukan melalui metode tak langsung, yaitu pelatihan dan sosialisasi, serta metode langsung berupa pengajaran politik dan sejenisnya. Untuk menumbuhkan kesadaran politik dapat ditempuh dua metode yaitu dialog dan pengajaran instruktif. Adapun partisispasi politik, ia terwujud dengan keikutsertaaan individu-individu secara sukarela dalam kehidupan politik masyarakatnya. Pendidikan politik dalam masyarakat manapun mempunyai institusi dan perangkat yang menopangnya. Yang paling mendasar adalah keluarga, sekolah, partai-partai politik, ormas dan lembaga kemahasiswaan dan kepemudaan dan berbagai macam media penerangan. Pendidikan politik juga memiliki dasar dasar ideologis, sosial dan politik. bertolak dari situlah tujuan-tujuannya dirumuskan.

Jika yang dimaksud dengan “Pendidikan” adalah proses menumbuhkan sisi-sisi kepribadian manusia secara seimbang dan integral, maka “Pendidikan Politik” dapat dikategorikan sebagai dimensi pendidikan, dalam konteks bahwa manusia adalah makhluk politik sebagaimana halnya bahwa pendidikan mempunyai fungsi-fungsi pemikiran moral, dan ekonomi, maka pendidikan politik juga mempunyai fungsi politik yang akan direalisasikan oleh lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan politik itulah yang akan menyiapkan anak bangsa untuk mengegeluti persoalan social dalam medan kehidupan dalam bentuk atensi dan partisipasi, menyiapkan mereka untuk mengemban tanggung jawab dan memberi kesempatan yang mungkin mereka bisa menunaikan hak dan kewajibannya. Hal itu menuntut pendidikan anak bangsa untuk menggeluti berbagai persoalan sosial dalam medan kehidupan mereka dalam bentuk partisipasi politiknya, sehingga mereka paham terhadap ideology politik yang dianutnnya untuk kemudian membelanya dan dengannya mereka wujudkan cita-cita diri dan bangsanya. Pendidikan politik inilah yang mentransfer nilai-nilai dan ideology politik dari generasi ke generasi, dimulai dari usia dini dan terus berlanjut sepanjang hayat.

Pendidikan politik merupakan kebutuhan darurat bagi masyarakat, karena berbagai factor yang saling mempengaruhi, dengan demikian pendidikan politiklah yang dapat membentuk perasaan sebagai masyarakat yang benar, membangun individu dengan sifat-sifat yang seharusnya, lalu mengkristalkannya sehingga menjadi nasionalisme yang sebenarnya. Politiklah yang akan menumbuhkan perasaan untuk senantiasa barafiliasi, bertanggung jawab dan berbangga akan jati diri bangsa. Tuntunan ini demikian mendesak dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat Majene, mengingat bahwa penumbuhan perasaan seperti itu menjadikan seorang masyarakat serius mengetahui hak dan kewajibannya, serta berusaha memahami berbagai problematikanya.



Minggu, 09 Mei 2010

Kisah Pua Manyang dan Indo Manyang di Facebook

Membaca dan menyimak status-status dan komentar-komentar di Facebook saya kemudian terispirasi menulis sebuah cerita lucu. Kalau sebelumnya saya menulis tentang Kisa Cinta Kaco Dan Cicci di Tanah Mandar Lama maka sekarang saya akan menulis sebuah kisah tentang Pua Manyang dan Indo Manyang di Facebook. Cerita ini terinspirasi dari perdebatan-perdebatan politik yang seru, lucu dan menegangkan oleh ara politisi-politisi muda Majene di Facebook. Pada saat perdebatan-perdebatan politik ini semakin seru dan panas tiba-tiba sebuah akun Facebook dengan nama Pua Manyang muncul di tengah-tengah perdebatan seru tersebut dengan status dan komentar yang lucu dan kocak.

Namun sebelum lebih jauh mengulas mengenai status-status Pua Manyang dan Indo Manyang di Facebook, saya akan mengulas sedikit mengenai Manyang dan istilah Pua dan Indo.
Manyang atau tuak adalah jenis minuman alami yang berasal dari fermentasi dari bahan minuman/buah yang mengandung gula. Bahan baku yang biasa dipakai adalah cairan yang diambil dari tanaman seperti nira kelapa atau aren, legen dari pohon siwalan atau tal, atau sumber lain. Di Mandar khususnya di Majene, manyang di buat oleh penduduk lokal terdiri dari dua jenis yaitu manyang mammis (Tuak Manis) dan Manyang Mapaiq (Tuak Pahit). Manyang Mammis adalah jenis manyang yang tidak memabukkan dan biasa di minum untuk sekedar memberikan kesegaran alami dan ketahanan pada tubuh untuk beraktivitas lama. Biasanya di Majene, manyang mammis lebih banyak diproduksi pada bulan Ramadhan karena masyarakat lokal Majene menjadikan manyang mammis sebagai minuman suplemen alami. Berbeda dengan manyang mapaiq yang jika dikonsumsi maka akan memabukkan. Biasanya manyang mapaiq diproduksi secara tersembunyi karena jenis minuman ini dilarang beredar secara terbuka.

Nah sobat blogger itu sedikit ulasan mengenai manyang. Sekarang saya mencoba untuk mengulas sedikit mengenai istilah Pua dan Indo. Pastinya sobat blogger penasaran kan ? hehehe.... Pua adalah sebutan atau sapaan lokal bahasa Mandar terhadap seorang ayah/bapak. Beberapa orang tua menyatakan bahwa sebutan Pua adalah sebutan yang sudah sangat tua/purba. Sedangkan Indo adalah sebutan atau sapaan kepada seorang Ibu atau orang tua perempuan.

Sobat blogger sudah mengerti sedikit kan dengan istilah manyang, Pua dan Indo ? So pasti lah heheh. Nah sobat blogger, seperti yang saya ceritakan sebelumnya bahwa kisah ini saya tulis karena terinspirasi dari status dan komentar Pua Manyang dan Indo Manyang yang selalu saja memainkan ritme politik lokal Majene di Facebook.

Berikut ini saya tampilkan gambar yang diambil dari status Pua Manyang di Facebook.

Status Pua Manyang di atas saya tampilkan di bawah.

Pua' Manyang : patindo'o naung siga na'u .... andang sanna' mupendalingai ree ?? ma'uanga digena' daa lao muola-olangani pappolitik apaq andani namusuatang. nau rembassio kambe' .. Pitao lao tauo sapau-paunna assal diang nanna tama di statusna andattoi mala nabuktikan tongang pau-paunna.. marodong duam bongi daa lao bandamo siola-ola... illao tauo.. muirranni ??

Hasil Translate ke Bahasa Indonesia, kurang lebih seperti ini :

Pua' Manyang : Tidurlah cepat anakku .... Kamu sudah tidak pernah lagi mendengar kata-kata ayah. Ayah tadi barusan mel
arang jangan pernah bergaul dengan para politisi. Kamu lihat saja sendiri para politisi itu sering bicara yang tidak betul dan mereka juga tidak bisa membuktikan apa yang mereka katakan. Besok dan seterusnya jangan pernah lagi bergaul lagi dengan mereka.

Dari status Pua Manyang sudah bisa diterjemahkan bahwa Pua Manyang sudah tidak memiliki kepercayaan terhadap politisi-politisi di Majene. Ketidakpercayaan terhadap politisi-politisi lokal digambarkan dengan kesan lucu namun serius melalui pesan morilnya di Status Facebooknya bahwa Pua Manyang melarang anaknya untuk bergaul dengan para
politis.

Nah sobat blogger, berikut ini saya juga menampilkan status Indo Manyang, Istri dari Pua Manyang di Facebook.

Berikut ini saya juga menampilkan status Indo Manyang yang ada di gambar supaya sobat blogger lebih jelas membaca statusnya.

Indo' Manyang : O..todzi na'ue ianasanna, inna'amo lao naola i pua' manyang, cappui bakallu, sita lambami tozdi' tia ma'urussi ppappoliti', anna' sita meke mi mua bongi, sioanga' mai.

Hasil Translate ke Bahasa Indonesia, kurang lebih seperti ini :

Indo' Manyang : Oo Anakku, kemana gerangan Ayahmu ? Ayahmu selalu saja sibuk mengurusi politik sementara sakit batuknya sering kambuh kalau tengah malam. Suruh ayahmu pulang cepat ke rumah.

Nah sobat blogger seperti itulah status Pua Manyang dan Kindo Manyang yang ikut meramaikan diskusi politik dengan sajian yang lucu namun penuh dengan pesan-pesan moril.

Seandainya saja sobat blogger tahu sedikit saja bahasa Mandar pasti sobat blogger sudah tertawa terbahak-bahak. Heheheh

***

Rabu, 05 Mei 2010

MENGGAGAS KEPEMIMPINAN DI MAJENE (Refleksi Jelang Pilkada Bupati Majene 2011 )

Suksesi kepemimpinan orang nomor satu di Majene memang masih jauh. Butuh setahun lagi bagi bupati yang menjabat untuk menunaikan tugas-tugasnya dalam mengemban amanah rakyat yang dipanggulnya. Namun, hingar bingar itu justru telah riuh rendah terdengar disetiap pelosok dari kota sampai jauh ke pedalaman. Geliat para bakal calon untuk menawarkan visi dan misinya kemasyarakat telah mewarnai bahan obrolan dari warkop yang sederhana hingga gedung-gedung mewah. Beragam atribut sosialisasi bahkan telah diedarkan seperti spanduk, kalender, kartu nama dan sejenisnya. Klaim-klaim keberhasilan pun menjadi rebutan terutama bagi calon yang berasal dari kalangan birokrat yang saat ini masih menjabat. Sedangkan calon lain yang masih berada diluar struktur kekuasaan masih berkutat pada tataran penawaran konsep yang sasaran utamanya adalah isu perubahan. Bahkan aroma persaingan bukan lagi hanya milik sang calon, tetapi merambah kemasyarakat yang sekali lagi harus mengaku konstituen fanatik demi sekedar mendapatkan tempat yang layak disisi bakal calon. Atau dengan kata lain menjadi penjilat kelas bawah....

Memahami konteks kepemimpinan, apalagi di wilayah Majene yang ”katanya” memiliki sekian banyak sejarah dengan bentuk tutur dan versinya yang beragam bukanlah sesuatu yang mudah. Sama halnya dengan daerah lain, ada banyak hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum memilih bakal calon siapa yang mesti dan layak diunggulkan.

Bagi saya yang tergolong masyarakat awam, pola kepemimpinan yang paling ideal tentunya harus merujuk pada pola kepemimpinan ala rasul. Paling tidak, Rasulullah sebagai pemimpin dimasa lampau telah membuktikan bahwa kepemimpinan beliau sanggup meruntuhkan hegemoni kaum Quraisy yang pada waktu itu begitu berpengaruh di tanah Makkah. Sosok pemimpin seperti rasulullah adalah sebuah jawaban atas kebuntuan berfikir, bertindak, dan kebuntuan berinovasi yang selama ini menjadi sasaran empuk bahan kritikan bagi penguasa.

Dalam konteks kepemimpinan ala rasul, ada beberapa hal yang harus menjadi renungan kita semua. Pertama, bahwa seorang pemimpin harus bersikap realistis. Konsep dan kebijakannya tidak boleh bertentangan dengan realitas kehidupan. Dengan kata lain program-program yang ditawarkan selalu up to date dan tidak mengawang-awang. Ia memiliki visi yang jauh kedepan namun dapat diterjemahkan dalam konsep praksis yang membumi dan bersifat berkesinambungan. Sebagai daerah yang dikenal minim SDA (walau mesti dikaji ulang), Majene butuh pemimpin yang memiliki konsep pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomis, yaitu efektifitas dan efisiensi. Prinsip ini mengedepankan konsep pembangunan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada secara efektif namun dengan tingkat pengeluaran cost yang rendah. Intinya, potensi yang dimiliki oleh Majene dan belum terkelola dengan maksimal harus dipandang sebagai sebuah kekayaan yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Menjalankan konsep ini memang memerlukan keterlibatan semua pihak termasuk rakyat dan keinginan kuat para stakeholder pemerintahan untuk sedapat mungkin tidak tergiur oleh praktek-praktek pembodohan dan manipulasi terhadap rakyat. Nah, pemimpin yang memahami realitas kehidupan masyarakatnya, tentu akan sadar sepenuhnya apa yang di”butuh”kan oleh masyarakat, tidak hanya terpancing pada apa yang di”inginkan” oleh masyarakat.

Kedua, seorang pemimpin harus yakin dengan kebenaran atas kebijakannya. Dia tidak boleh ragu dengan prinsip-prinsip yang ditawarkan serta kokoh dalam mempertahankan pendiriannya. Ia mesti memiliki karakter yang kuat dalam menelorkan kebijakan namun fleksibel dalam implementasi dilapangan. Ia mesti tahu kapan harus bersikap tegas dan kapan harus melunak dan kapan harus membiarkan atau melindungi. Ia mesti serius dan berwibawa tapi juga rendah hati dan lembut. Amanah, jujur dan adil adalah bunga-bunga yang menghiasi kepemimpinannya. Dalam konteks kepemimpinan yang demikian, Majene membutuhkan pemimpin yang tidak goyah dalam membela kepentingan rakyatnya secara menyeluruh. Apa yang menjadi prinsip dasar hidupnya menjadi prospek bagi dirinya untuk mengabdi sebesar-besarnya untuk memajukan daerah. Prinsip dasar setiap manusia adalah keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan bahagia dunia akhirat harus diejawantahkan dalam proses kepemimpinannya. Dengan demikian akan lahir seorang pemimpin yang berkarakter dan tidak mudah digoyahkan oleh pengaruh-pengaruh negatif yang dihembuskan oleh orang-orang disekelilingnya.

Ketiga, pemimpin harus sadar betul dengan tanggung jawab yang diembannya. Daya tarik kenikmatan duniawi tidak boleh memisahkan hidupnya dari tanggungjawabnya sebagai pemimpin. Contoh kongkrit, seorang pemimpin yang hanya memikirkan membeli mobil dinas baru pada awal masa pemerintahannya harus dipertanyakan integritasnya. Prestasi seorang pemimpin tidak dapat diukur dari mewahnya fasilitas yang melekat dibanding dengan koleganya yang lain. Tak masalah jika memang kekayaan itu melekat jauh sebelum ia menjabat, karena patut dicurigai jika dalam tempo sebulan menjabat seorang kepala bidang saja sudah mampu memarkir mobil dihalaman rumahnya. Seorang pemimpin yang bertanggung jawab, akan memikirkan prestasi kerjanya ketimbang prestise yang disandangnya.

Keempat, Pemimpin harus memiliki wawasan jauh kedepan dalam merumuskan gagasan-gagasan yang baik, dalam istilah kerennya disebut visioner dan futurictic. Pemimpin ini harus mampu mengubah mindset rakyat dan orang-orang disekelilingnya untuk selalu berfikir untuk kemajuan. Disamping itu, kemampuan mentalnya untuk merancang masa depan selalu mengedepankan rasionalisme. Rasional dalam artian, program-program yang ditawarkan memiliki peluang untuk diterapkan pada saatnya diperlukan dan dibutuhkan serta sesuai dengan kemampuannya.

Kelima, memiliki kesediaan untuk memberdayakan orang lain. Ia harus mampu menjawab tantangan kepemimpinan dengan kesediaan untuk memberdayakan orang lain dengan cara mempercayakan sesuatu kepada orang lain untuk melakukan pelayanan terhadap rakyat. Ia tidak menjadikan dirinya sebagai pusat dari segalanya, dan menerapkan kepemimpinannya dengan melakukan apa yang menjadi bagian dari tugas dan tanggung jawabnya saja. Selain itu, tugas-tugas lainnya didistribusikan kepada orang-orang disekelilingnya yang memiliki kompetensi dan kemampuan dalam menjalankan Visi kepemimpinannya.

Secara filosofis, pendapat dari James Mc Gregor dapat dijadikan acuan yang membedakan kepemimpinan pada dua aspek, yaitu kepemimpinan transaksional dan transformasional. Kepemimpinan transaksional merupakan usaha menjalankan proses kepemimpinan sedemikian rupa sehingga sebagian besar pihak terpuaskan. Dengan kata lain menurut Gregor, kepemimpinan merupakan proses bertransaksi sehingga semua merasa untung dan bahagia karena apa yang dikehendaki didapatkan. Dengan cara seperti ini kepemimpinan dipertahankan karena kehadirannya menjaminkan ada transaksi yang paling menguntungkan. Orang seperti ini akan sulit menjadi pemimpin yang melayani dan memberdayakan. Sedangkan kepemimpinan transformasional, adalah kepemimpinan yang menekankan gerak maju perubahan dari setiap pihak dan dari setiap organisasinya. Didalam mengimplementasikan corak kepemimpinan tersebut, bila perlu diambil resiko-resiko konflik atau pertentangan secara terbuka. Corak transaksional dapat pula digunakan namun tidak untuk mendapatkan rasa senang bagi semua pihak, tetapi demi tercapainya perubahan dan perkembangan sebuah komunitas.

Kelima konsep diatas yang saya tawarkan sebagai renungan bagi siapa saja yang bercita-cita menjadi seorang pemimpin kelak. Walaupun pada prinsipnya setiap orang adalah pemimpin minimal bagi dirinya sendiri. Tapi paling tidak, prinsip-prinsip tersebut dapat diimplementasikan sebagai sebuah tanggung jawab terhadap rakyat dan terhadap Tuhan. Kata kuncinya setiap pemimpian harus memiliki integritas, loyalitas, kapabilitas/kompetensi dan akhlakul karimah. (wallahu a’lam bissawab)

logo baru

logo baru
logo

Buku Tamu

 

AUTHOR

Majene, Sulawesi Barat, Indonesia
Saya Lahir dari latar belakang orang tua yang berprofesi pendidik, dan sepertinya bakat itu tersalurkan kepada saya, walaupun masih perlu banyak belajar lagi. Blog ini merupakan bagian dari upaya pendewasaan diri dalam menuangkan gagasan lewat tulisan....bagi yang senang jangan segan-segan kirim koment, demikian pula yang ingin mengkritik, silahkan saja, akan saya terima dengan tangan terbuka...terima kasih

Moment Kami

Moment Kami

Followers

Copyright © 2009 Fresh Themes Gallery | NdyTeeN. All Rights Reserved. Powered by Blogger and Distributed by Blogtemplate4u .