Kamis, 29 April 2010

Majene Potensial Sebagai Pusat Industri Perikanan Di Sulawesi Barat


Majene adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Barat dimana seluruh wulayahnya bersentuhan dengan laut sehingga sebagain besar pendudukanya bermata penaharian sebagai nelayan. Potensi ini menurut Kepala Seksi Produksi Penangkapan Ikan dan Pesisir Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulbar, Akhyar bahwa berdasarkan data validasi nasional 2008 tercatat total RTP (Rumah Tangga Perikanan) di Sulbar pada kisaran 15.772 RTP, dan kabupaten Majene menempati terbanyak RTP nya, kemudian disusul Kabupaten Mamuju dengan kisran 3.168 RTP. Sementara kata dia, urutan ketiga adalah Kabupaten Mamuju Utara dengan capaian sebesar 2.897 RTP dan keempat terdapat di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 2.106 RTP.

Senada dengan Akhyar, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Majene Fadli mengatakan bahwa Potensi perikanan di Majene bisa dikembangkan menjadi perikanan yang berorientasi ekspor apabila ditunjang fasilitas berupa peralatan yang memadai serta sumber daya nelayan yang berkualitas. Indikatornya adalah di Majene terdapat komoditas perikanan laut yang beraneka ragam di antaranya ikan tuna dengan produksi rata-rata 782 ton per tahun, ikan cakalang 694 ton, tongkol 1.025 ton, ikan layang 621 ton, dan ikan terbang 730 ton dengan didukung fasilitas kapal penangkap ikan sebanyak 461 unit dengan alat tangkap sebanyak 10.447 unit. Selain potensi perikanan laut, Majene juga memiliki potensi perikanan tambak pada areal seluas 450 hektare dengan produksi rata-rata 178,9 ton per tahun.

Nah sobat blogger sepertinya tidak ada alasan lagi bagi Pemerintah Propinsi Sulawesi Barat dan Pemkab Majene untuk tidak mewujudkan Majene sebagai pusat industri Perikanan di Sulawesi Barat.

Namun selain potensi-potensi diatas Seperti yang diakui oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Haruna Hamal bahwa di Sulawesi Barat mengalami krisis tenaga penyuluh di bidang perikanan akibat minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang ahli di bidangnya. Tentunya Pemerintah Propinsi Sulbar dan Kabupaten Majene harus segera menyelesaikan masalah krisis Penyuluh Perikanan sebelum menfokuskan kebijakan pada progam pengembangan sektor perikanan.

***

Jumat, 23 April 2010

Kaco & Cicci ; Kisah Cinta Mati dari Tanah Mandar Lama

Heheh sama seperti cerita sebelumnya tentang kisah cinta sang pemimpin kepada rakyatnya, kali ini saya juga mau berbagi cerita dengan sobat blogger. Kisah ini menceritakan tentang kisah cinta dua sejoli. Hehe kalau di Eropa yang terkenal kan cerita tentang Romeo & Juliet tapi kalau di Tanah Mandar Lama alias Majene ada cerita yang kebih seru dari Romeo & Juliet. Mau tahu gimana ceritanya ?? hehe simak baik-baik. Inilah kisah cinta Kaco dan Cicci.

Dahulu kala di Majene hiduplah seorang lelaki tampan dan jantan bernama Kaco di sebuah desa kecil di Tanah Mandar Lama, 'Kappung Pangale'. Walaupun dia terkenal sebagai seorang lelaki jantan yang pantang menyerah namun dibalik simbol kejantanannya dia menyimpan sebuah rahasia. Yaitu sifat rendah dirinya. Kaco adalah seorang manusia yang pembelajar di kampungnya pada saat itu. Setiap hari setelah menyelesaikan pekerjaannya sebagai 'posasi' (nelayan), dia selalu menyempatkan diri untuk membaca buku atau membaca berita-berita terbaru sehingga dia tidak pernah ketinggalan informasi.

Karena aktivitasnya yang bekerja dan membaca setiap harinya sehingga Kaco menjadi seorang lelaki cerdas namun tidak romantis. Hingga suatu saat pada saat umurnya sudah mencapai 25 tahun, Kaco kemudian resah karena dia tidak memiliki seorang pacar atau paling tidak seorang perempuan yang dia idam-idamkan.

Tiba-tiba, Pua'nya (ayahnya) Kaco menyuruh Kaco untuk pergi memesan kowi' (badik) di Pambo'borang (sebuah kampung pandai besi di Majene). Kaco pun segera melaksanakan perintah Pua'nya. Setiba di Pambo'borang, di gubuk seorang Pandai Besi (tidak disebutkan namanya dalam kisah ini), Kaco tiba-tiba tercengang kaget melihat panda besi itu sedang membuat kowi'. Pasalnya, besi' yang dibuat menjadi kowi' yang biasanya dibakar dalam bara api dan dipipihkan dengan Palu beton ternyata tidak seperti yang dibayangkan oleh Kaco. Besi yang dibuat manjadi kowi' itu hanya diasah, dipipihkan dan ditajamkan dengan ibu jari dan jari telunjuk.

Sungguh kaget si Kaco melihatnya, tapi lebih kaget lagi si pandai besi karena dia tidak menyangka bahwa ada yang sudah melihat kesaktiannya secara langsung dan gratis. Pandai besi kemudian mengamanahkan kepada Kaco agar semua yang dilihatnya tidak disampaikan kepada orang lain alias hanya menjadi rahasia Kaco dan si Pandai Besi dan jika amanah ini di langgar maka Kaco akan mengalami kecelakaan yang bisa membuat dirinya cacat seumur hidup. Kaco pun berjanji tidak akan menceritakannya kepada siapapun. Setelah menyampaikan keinginannya kepada Pandai Besi yaitu untuk dibuatkan sebuah kowi' yang sakti pesanan Pua'nya (entah apa kesaktian kowi' itu tidak disebutkan dalam kisah ini), kaco pun kembali ke rumahnya di Pangale. Dalam perjalanan pulangnya ke Pangale, Kaco terus memikirkan kejadian yang baru saja dia lihat. Otaknya bekerja keras merasionalkan kesaktian pandai besi itu. (Sampai sekarang Pambo'borang dikenal sebagai kampung pandai besi di Mandar).

Dalam perjalanan pulangnya dari Pambo'borang dengan massaeyang (menunggang kuda), Kaco singgah di sebuah sungai yang jernih airnya (sekarang disebut sebagai sungai Malle, sebuah tempat wisata alam di Majene). Pada saat ingin mengambil air untuk diminum tiba-tiba Kaco melihat seorang perempuan yang sangat cantik (heheh jelas melebihi kecantikan Juliet di Eropa..) yang sedang mandi di sungai bersama dengan lima orang perempuan lainnya. Perempuan itu kaget karena sungai yang biasanya aman dia tempati untuk mandi tiba-tiba didatangi oleh seorang lelaki, Kaco. Perempuan yang cantik itu kemudian memerintahkan kepada kelima orang perempuan yang menemaninya untuk menanyakan identitas Kaco yang sudah berani mendatangi tempat permandian rahasia seorang ana' Mara'dia (Putri Raja). Heheh sobat blogger sudah ngerti kan sampai disini ceritanya ?? Perempuan yang cantik itulah yang namanya Cicci, seorang ningrat yang bekal jadi Istri Kaco nantinya... )

Heheh lanjut cerita, ternyata kelima perempuan itu ternyata adalah dayang-dayang (pengawal perempuan) Cicci. Mereka pun segera mendekati Kaco dan menanyakan identitasnya. Pada saat yang sama Kaco un menanyakan identitas perempuan cantik itu. Disinilah awal mula kisah cinta Kaco dan Cicci.

Heheh sebelum lanjut baca cerita ini sobat blogger buat kopi dulu biar melek itu mata hehehe dan .. pasang mata sobat baik-baik, ...jangan sampai sobat melewatkan kisah serunya Kaco dan Cicci...

Singkat cerita, ternyata melihat ketampanan Kaco, Cicci diam-diam jatuh cinta pada pandangan pertama, namun sebagai penghargaan terhadap tradisi, Cicci sebagai perempuan Mandar pantang menyatakan cintanya kepada seorang Lelaki, meskipun dia harus menahan perasaannya... hehehe maseke' picera' ilalango'o kandi' (Luka dalam akibat patah hati).

Kelima dayang-dayang tadi kemudian mengusir Kaco dari taman permandian Cicci di sungai Malle.' Namun, tiba-tiba Cicci memberi kode kepada Dayang-Dayangnya untuk menahan Kaco supaya tidak meninggalkan sungai. Cicci kemudian mendekati Kaco dan menanyakan identitasnya dan akhirnya terjadilah proses saling kenal mengenal diantara mereka berdua. Kaco kemudian meminta maaf kepada Cicci karena tidak sengaja memasuki taman permandian rahasia seorang ana' mara'dia dan dia juga menceritakan kronologis perjalanannya seharian. Dalam proses kenal mengenal di antara mereka berdua, Cicci yang dalam keadaan basah kuyup habis berendam kemudian tiba-tiba mengajak Kaco untuk berkunjung ke rumahnya di Betteng (Sampai sekarang desa Betteng dikenal menyimpan situs-situs kerajaan) ,.. Namun, pada saat yang sama Kaco menolak dengan alasan bahwa dia harus sampai ke rumahnya sebelum petang. Cicci pun mengerti tapi sebelum berpisah dengan Kaco, Cicci mengajak Kaco untuk berkunjung ke rumahnya suatu saat dan Kaco pun mengiyakan.

Sesampai di rumah, Kaco pun menceritakan kepada Pua'nya tentang pertemuannya dengan seorang ana' Mara'dia yang bernama Cicci dan kemudian langsung menyatakan niatnya kepada Pua'nya untuk melamar Cicci sesegera mungkin. Pua'nya Kaco tiba-tiba tersentak kaget karena mendengar apa yang barusan dikatakan oleh Kaco bahwa dia tidak akan menikah sampai dia Mati kalau tidak menikah dengan Cicci. Itu sumpah Kaco.

Namun, Pua'nya Kaco pun mendukung niat anaknya dengan menyatakan bahwa 'Dotai ruppu dadzi lele tuali' maksudnya lebih baik mati dari pada mundur. Setelah mendapat restu, Pua'nya Kaco menyuruh Kaco berkunjung ke rumah Kakeknya di Baruga (Sebuah Kampung Santri di Tanah Mandar Lama sampai sekarang) untuk meminta Restu dan wejangan dari kakeknya yang juga seorang 'Panrita' (Ulama) yang sakti manraguna.

Beberapa hari kemudian, Kaco pun melaksanakan amanah Pua'nya untuk berkunjung ke rumah kakeknya. Walhasil, Kakeknya pun merestui niat Kaco dan menyarankan untuk segera mewujudkan niatnya. Namun, supaya Kaco bertambah kepercayaan dirinya dan semakin berkharisma, Kakeknya kemudian memberikan sebuah do'a yang harus sering-sering dia lafadzkan sebelum dan sesudah mendirikan shalat. Do'anya cukup pendek, hanya sebuah kalimat Shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Tanpa Kaco sadari bahwa setelah dia sering melafadzkan Shalawat Nabi, setiap dia berjalan berkeliling desanya, semua orang menatap kepadanya, pada saat melaut ikan-ikan pun menghampirinya dan semakin bertambah kecerdasannya, sepertinya samudera pengetahuaan sudah terhampar luas dihadapannya.

Pada saat berkunjung ke rumah Cicci untuk bertemu dan sekalian juga untuk mewujudkan niatnya, Kaco dihalangi oleh Prajurit Raja. Nampaknya Isu santer yang beredar di Istana bahwa Cicci sedang jatuh cinta dengan seorang rakyat biasa sudah sampai ke telinga Raja sehingga jika Kaco berkunjung ke Istana harus di halangi dan tidak boleh bertemu dengan Cicci.

Singkat cerita, Melihat kebekuan hati ayahnya, Cicci yang sudah cinta mati kepada Kaco rela 'sipaindongan' (Kawin lari) dengan Kaco. Setelah sipaindongan maka Kaco menjadi buronan Istana.

Beberapa bulan kemudian setelah 'sipaindongan', terdengar berita sampai ke istana bahwa Kaco dan CIcci sedang berada di Rangas. Sebuah daerah di Majene yang terkenal hanya karena salah seorang seorang penduduknya adalah sando reppo' (Dukun sakti yang mengobati orang yang cedera patah tulang).

sang Mara'dia pun memerintahkan kepada prajurit untuk segera menculik Cicci dan menangkap Kaco di Rangas. Walhasil karena kurang waspadanya Kaco dan Cicci akhirnya mereka ditangkap. Cicci di culik tanpa sepengetahuan Kaco dan Kaco ditangkap tanpa sepengetahuan Cicci.

Setelah keduanya di tangkap, Cicci kemudian kembali menjalani kehidupannya sebagai ana' Mara'dia di istana dan Kaco dihukum penajara di sebuah tempat yang tidak diketahui oleh Cicci. Cicci yang setiap harinya merenung tiba-tiba dia mendengar kabar dari dayang-dayangnya bahwa kaco di Penjara oleh ayahnya di sebuah Penjara Rahasia dia Buttu Ulumanda (Sebuah gunung di daerah Ulumanda). Maka tanpa sepengetahuan ayahnya, maka pergilah Cicci ke Ulumanda untuk bertemu dengan sang kekasih. Sesaat samapi di Ulumanda, Cicci kemudian bertemu dengan prajurit penjaga penjara dan meminta kepada Prajurit untuk membebaskan Kaco dengan alasan bahwa ini adalah Perintah ayahnya sang Mara'dia. Setelah bebas, Kaco dan Cicci kemudian melarikan diri dan ditangkap kembali oleh prajurit suruhan Mara'dia di sebuah tempat yang subur di daerah Malunda. Karena sudah capek di sipaindongang, diburu dan ditangkap ditambah lagi dengan keinginan kuat Cicci untuk sehidup semati dengan Kaco sehingga Cicci menyuruh Kaco untuk membunuhnya tapi Kaco menolak dengan alasan tidak dibenarkan oleh agama tapi rupanya Cicci langsung menikamkan Badik ke jantung Kaco tanpa sepengetahuannya hingga Kaco meninggal dunia dan akhirnya Cicci pun juga menghunuskan Badik ke perutnya dan akhirnya keduanya meninggal dunia karena CINTA dan TRADISI. .. End Story..***

Nah sobat bloger... sungguh tragis kisah cinta Kaco dan Cicci ... Hhihihi Hanya karena melawan tradisi demi memperjuangkan cintanya, mereka rela Mati..

Nah sekarang bagaimana dengan anda sobat blogger .. apakah sobat bisa mempertahankan cinta anda seperti kisah Kaco dan Cicci di atas ??? Tentunya hanya anda yang lebih tahu..

Alur cerita Kisah Kaco dan Cicci di Tanah Mandar sampai sekarang sebenarnya belum jelas namun yang pasti adalah kisah cinta abadi Kaco dan Cicci pernah ada di Tanah Mandar. Demi untuk mengangkat kembali cerita-cerita rakyat seperti ini, penulis memfiksikan alur cerita Kaco dan Cicci.

Akhirul Qalam…
Penulis mengucapkan Terimakasih kepada sobat Jumri dan Siraj atas inspirasi kreatifnya dalam mengisi kekosongan alur cerita fiksi ini. Dan... Mohon Maaf yang sebesar-besarnya jika ada yang merasa tersinggung dengan terbitnya tulisan ini atau karena ada kesalahan kosakata dalam tulisan ini karena Tak Ada Gading Yang Tak Retak…

Terimakasih...

Cinta sang Pemimpin. ; Bukan Cinta Biasa


Hi sobat blogger ... ketemu lagi.

Kali ini saya mau bercerita sidikit tentang kebaikan dan cinta sang pemimpin kepada rakyatnya.
Begini ceritanya.. simak baik-baik yach.

Pada suatu hari ada seorang calon pemimpin bernama Aku Anak Saleh yang sedang gencar-gencarnya mengeluarkan jurus mabuknya untuk memenangkan pesta politik lokal Kadipaten Majenang di sebuah negeri 'Anta Berantakan'. Aku Anak Saleh yang biasa akrab dipanggil Saleh oleh para konstituennya pada saat kampanye menyatakan janji politiknya untuk membebaskan rakyatnya dari belenggu kemiskinan dan kemelaratan dan dia juga berjanji akan membuka lapangan kerja seluas-luasnya kepada rakyatnya. Begitulah janji politiknya.

Walhasil, pada saat pengumuman KPU tentang pemenang suara terbanyak Pilkada, Saleh berhasil memenangkan Pesta Politik. Satu tahun berjalan Pemerintahan Saleh, belum ada perubahan yang signifikan tentang kesejahteraan rakyatnya. Lambat laun terdengar santer kabar bahwa 7 Perusahaan Kecil Menengah (PKM) akan menanamkan modalnya di Majenang untuk mengeksploitasi Sumber Daya Alamnya, lebih jelasnya mengeksploitasi migasnya. 7 PKM itu menurut kabar burung yang beredar adalah PT Exxon Mobile, Pearl Oil, Marathon International, Conoco Phlips, Statoil Hydro, Tatelly dan PTT Ep Thailand.

Wah... Betapa girang rakyatnya pada saat mendengar kabar itu. Beberapa pendukung politiknya pada saat pilkada turut memberikan apresiasi atas keberhasilannya. Ada yang mengatakan bahwa Saleh adalah calon pemimpin yang baik karena telah berhasil memanggil investor PKM ke daerahnya dan ada juga yang mengatakan bahwa Saleh adalah pemimpin yang hebat karena tidak dia telah memenuhi janjinya yaitu setelah pabrik-pabrik eksploitasi migas berdiri daerahnya maka lapangan kerja yang luas akan terbuka lebar. Seperti itulah umumnya pemikiran rakyat Saleh pada saat kepemimpinannya.

Tapi, beberapa aktivis muda dari Jaringan Muda sedang berwacana lain. Mereka menolak gagasan Saleh karena menganggap bahwa PKM yang notabenenya berasal dari negeri Sammiri, negeri para kulit putih hanya akan memberikan kemudaratan dan penderitaan bagi rakyatnya. Jaringan muda kemudian dengan gencarnya menolak eksploitasi Migas PKM di daerahnya dengan cara melakukan aksi demonstrasi mengajak segenap rakyat Majenang untuk bersama-sama menolak eksploitasi PKM. Jaringan Muda bahkan memberikan bukti-bukti empirik negara-negara yang rakyatnya dimiskinkan karena hasrat eksploitasi PKM seperti Indonesia. Mereka juga memberikan bukti empirik bahwa negara-negara anti Sammiri seperti Mercorsur, Iran Dan Cina berani menolak mentah-mentah tawaran investasi PKM di negaranya.

Tapi …. Walhasil … teriakan Jaringan Muda hanya dianggap miring oleh sebagian besar rakyat Majenang bahwa Jaringan Muda hanya tahu memprofokasi rakyat. Beberapa aktivis dari jaringan Muda satu persatu saling meninggalkan dan diam-diam keluar dari Jaringan Muda. Alasannya sederhana, yaitu mereka tidak ingin dicap sebagai profokator... End Story..

Yach sobat blogger Seperti itulah ceritanya sobat dan seperti itulah cinta seorang Saleh kepada rakyatnya, bukan cinta biasa. hehehe... Nah sekarang saya mau bertanya, kira-kira makna apa yang bisa diambil dari cerita di atas ?? Tentunya sobat blogger ada yang berpendapat bahwa Saleh Sudah memenuhi janji politiknya dengan mengajak PKM untuk berinvestasi di daerahnya, Majenang. Dan tentunya juga sobat blogger pasti ada yang berpendapat bahwa Jaringan Muda adalah kelompok pemuda yang tidak bisa mempertahankan idealismenya, dll, dll.

Nah setelah membaca cerita di atas silahkan beri komentar yach :).. heheh saya pamit dulu sobat, lapar.. mau makan malam duluuuuuuuu... Bye...

Rabu, 21 April 2010

Majene Butuh Pemimpin Yang Progressif Dan Ikhlas.

MAJENE - Seusai pelaksanaan Weekend Dialogue yang diprakarsai Komunitas Kampung Kita (K3) Majene Sulawesi Barat Sabtu, 10 April pekan kemarin, Direktur K3 Muhammmad Awaluddin menilai bahwa sudah saatnya Majene kedepan dipimpin oleh orang yang memiliki kemampuan membaca peluang khususnya memiliki kemampuan untuk membuat program yang dapat mengakselerasi pembangunan dengan modal SDA dan PAD yang minim.

"Majene membutuhkan seorang pemimpin yang mampu membuat terobosan-terobosan dalam pembangunan sehingga memikat para pelaku usaha untuk menanamkan modalnya di Majene" ungkap Awaluddin. "Tengoklah pemerintah propinsi Sulawesi Barat secara umum, pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah propinsi sedikit banyak telah menunjukkan dampak yang cukup baik sehingga mampu mendatangkan investor dari manca negara untuk berinvestasi di sulbar" tambahnya.

Namun, yang lebih penting dari itu, disamping memberikan kemudahan berinvestasi di Majene, pemerintah juga harus tetap menjaga iklim pertumbuhan usaha mikro kecil yang sudah lama berkembang di Majene. "Jangan sampai usaha-usaha produktif masyarakat diabaikan sehingga justru mematikan peluang masyarakat untuk meningkatkan taraf ekonominya" tambah Awaluddin.

Senada dengan itu, Direktur Margin Society Institute (MSI) Ahdiat Dj menilai bahwa saat ini pemerintah sebaiknya lebih fokus menelorkan program-program yang dapat meningkatkan sumber PAD Majene. "Seperti peningkatan sumber pendapatan di bidang pariwisata, pemerintah dapat mengembangkan beberapa obyek pariwisata yang sudah ada" beber Ahdiat. Pemerintah juga dapat meningkatkan penghasilan daerah dengan memaksimalkan obyek-obyek pajak yang ada terutama dari perusahaan-perusahaan skala menengah yang ada di Majene. "Tentunya juga harus disertai dengan penyadaran terhadap masyarakat tentang pentingnya pajak dengan memulai gerakan membayar pajak penghasilan pribadi dari kalangan birokrasi pemerintahan" tambahnya.

Diakhir wawancara Muhammad Awaluddin menegaskan bahwa pada prinsipnya dengan berbagai pencanangan program yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan berjalan dengan baik jika tidak dibarengi dengan keikhlasan bekerja untuk membangun daerah.Jika pemimpin tidak ikhlas bekerja untuk rakyat, semua jargon-jargon dalam visi dan misi hanya akan jadi pemanis tampilan poster dan baliho, "Hal ini akan membuat rakyat semakin kehilangan kepercayaan kepada pemerintah" pungkas Awaluddin.

Senin, 19 April 2010

MTQ ; SARANA MEMBANGUN SEMANGAT KEMANDIRIAN LOKAL.

Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Propinsi Sulawesi Barat yang ke-III tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 24 April 2010 di Kabupaten Majene. Majene adalah salah satu kabupaten dalam wilayah propinsi Sulawesi Barat yang merupakan juara umum MTQ tingkat propinsi Sulawesi Barat yang ke-II yang digelar di Kabupaten Polewali Mandar dua tahun silam.

Musabaqah Tilawatil Qur’an dikenal bukan hanya sebuah peristiwa “religius” yang fokus melombakan seni baca Al-qur’an tetapi juga alat legitimasi untuk mengukur tingkat kemampuan dalam pemahaman di bidang tertentu, khususnya yang berkaitan dengan Qur’an. Dari arena MTQ lahir pembaca Qur’an terbaik, penafsir Qur’an yang mumpuni, bahkan penulis kaligrafi ayat Qur’an yang piawai.

Lebih dari itu, MTQ juga merupakan peristiwa budaya yang telah mengakar dan menjadi tradisi untuk menampilkan keaneka ragaman budaya keislaman daerah-daerah tertentu di Indonesia. Event MTQ juga dapat menjadi sarana gratis untuk melakukan pameran kebudayaan, pameran bisnis, bahkan pameran komoditi suatu daerah. Tak heran jika banyak daerah yang antusias menjadi tuan rumah perhelatan tersebut terutama dalam skala nasional. Dan umat Islam patut berbangga bahwa kita dapat menjadikan lomba seni baca Qur’an sebagai kegiatan nasional yang dilaksanakan secara berkelanjutan.

Dalam konteks Sulawesi Barat, sebagai propinsi termuda di Indonesia tentu berupaya menjadikan MTQ sebagai sarana membangun kebersamaan dan ukhuwah Islamiyah yang dibangun diatas landasan persaudaraan yang kuat serta kemandirian sebagai rakyat Mandar. Semangat kemandirian yang coba dibangun oleh para pendahulu yang merintis terbentuknya propinsi Sulawesi Barat sepatutnya turut menjadi spirit yang mewarnai setiap perhelatan akbar di Sulawesi Barat, termasuk perhelatan MTQ. Kemandirian yang dimaksud adalah upaya untuk lebih mengedepankan semangat membangun Sulawesi Barat dengan memanfaatkan sebesar-besarnya potensi lokal Sulawesi Barat dalam konteks pembangunan di segala bidang. Setelah Sulawesi Barat terbentuk, saat yang telah lama dinantikan untuk segera membenahi pembangunan di segala lini dan lepas dari bayang-bayang keterbelakangan menjadi prioritas utama sebagai cita-cita membangun kemandirian.

Namun, satu hal cukup memprihatinkan menjadi catatan buruk MTQ, juga senantiasa menjadi pemandangan umum dalam setiap perhelatan tersebut. Pelaksanaan MTQ terkadang menjadi ajang transaksi bagi kalangan tertentu untuk memenangkan sebuah daerah sebagai juara umum. Transaksi yang dilakoni oleh para “makelar” MTQ mampu merubah imej MTQ sebagai ajang prestasi menjadi “prestise”. Bahkan lebih buruk lagi, MTQ kadang menjadi alat jualan bagi kalangan tertentu untuk tujuan politis merebut kekuasaan.

Yang dikorbankan tentu saja banyak aspek. Pertama, pembinaan menjadi terbengkalai. Keinginan kuat untuk menjadi yang terbaik di ajang MTQ kadang membuat suatu daerah menghalalkan segala cara termasuk me”rental” peserta untuk memperkuat kafilah. Hasil akhir semakin menjadi prioritas dan mengabaikan proses yang berjalan sebagai sebuah siklus menuju kematangan dalam berprestasi. Kedua, Banyak potensi lokal daerah yang akhirnya harus gigit jari karena luput dari perhatian stakeholder yang menangani urusan MTQ. Mereka lebih senang memakai jasa “makelar” MTQ daripada mengakomodir potensi lokal yang ada. Semangat kuat potensi lokal untuk berprestasi dikancah lebih tinggi dipatahkan oleh syahwat kemenangan yang lebih mendominasi. Akibat jangka panjangnya tentu menyebabkan regenerasi yang dicita-citakan menjadi terputus. Ketiga, pemborosan sekaligus pemanfaatan APBD yang tidak tepat sasaran. Patut dicermati, dana yang digunakan untuk melaksanakan MTQ sebagian besarnya dibebankan pada APBD. Salah satu item pendanaan yang menjadi prioritas tentunya akan digunakan unuk membiayai akomodasi peserta dari luar yang akan didatangkan oleh pemerintah daerah bersangkutan. Dana yang dihabiskan tentu tidak sedikit, bisa puluhan hingga ratusan juta rupiah. Pada prinsipnya, APBD yang bersumber dari pajak rakyat kemudian digunakan pada kebijakan yang sama sekali tidak pro-rakyat adalah sebuah pengkhianatan besar pada rakyat.

Sebagai tuan rumah sekaligus juara umum, Kafilah MTQ Majene melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan apa yang telah pernah diraihnya. Jika kemudian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Majene melakukan langkah yang sama, tentu merupakan sebuah kemunduran besar. LPTQ sebagai pemegang otoritas pembinaan di bidang MTQ baik skala nasional maupun daerah adalah sebuah lembaga yang tentunya terdiri dari orang-orang yang memiliki niat yang sama untuk membangun upaya pembinaan generasi Qur’ani. Tak heran jika LPTQ banyak didominasi oleh para ulama, kiyai, ustadz, guru mengaji dan para pemerhati Qur’an. Jika kemudian LPTQ tunduk pada hegemoni kekuasaan dan larut dalam “mencampur-adukkan” kepentingan dan tujuan mulia MTQ maka kadar keulamaan pengurus LPTQ tersebut patut dievaluasi.

Dengan alasan apapun dan ditinjau dari segi manapun, tradisi rental-merental peserta yang marak terjadi di MTQ harus menjadi bahan renungan kita semua. Jika tradisi-tradisi yang dibangun melalui simbol agama turut pula terkontaminasi oleh syahwat rendah para penguasa, lalu kemana lagi harapan pembinaan generasi Qur’ani ini akan dialamatkan?

Majene Harus Memiliki Daya Saing.

Dalam mengakselerasi pembangunan yang lebih maju di Majene, maka Majene harus mampu meningkatkan daya saing baik dalam kancah lokal maupun global. Hal itu terungkap dari weekend Dialogue yang diprakarsai oleh Komunitas Kampung Kita (K3) Majene Sulawesi Barat,Sabtu 10 April Pekan lalu di Aulia Kafe Majene. Dialog yang mengusung tema Membangun Masa Depan Majene Yang Lebih Baik tersebut melibatkan nara sumber yaitu Bupati Majene H.Kalma Katta, H.Sufyan Sagena dan Dr. Idris DP,MA.
Kalma Katta yang didapuk sebagai Key Note Speaker mengemukakan bahwa Majene saat ini mengalami beberapa kendala terutama belum adanya analisis yang akurat terhadap perkembangan beberapa sektor unggulan yang ada di Majene. Hal itu juga dipengaruhi oleh APBD Majene yang dikelola yang berasal dari PAD masih sangat minim dengan perbandingan 3% berbanding 97% dari dana pemerintah pusat. Dana pusat yang diberikan kepada pemerintah daerah biasanya telah ditentukan peruntukaannya sehingga pemerintah daerah harus menggunakannya sesuai juknis dari pusat."Pemerintah daerah tidak punya kewenangan melakukan intervensi khususnya hal-hal teknis, sehingga untuk meningkatkan pembangunan berbasis kebutuhan lokal, pemerintah berupaya untuk sedapat mungkin meningkatkan PAD lewat beberapa sektor terutama pertanian dan kelautan." Cetusnya. Kalma juga menitipkan bahwa sebuah daerah jangan hanya menuntut pemimpin yang memiliki wawasan yang bagus tapi juga rakyat juga harus memilikinya. "perlu peningkatan SDM yang memiliki akhlak dan moral yang bagus." Tambahnya.

Sementara itu, Sufyan Sagena lebih menekankan pentingnya pemanfaatan potensi SDM. "Sudah sangat jelas banwa Majene adalah Pusat pendidikan di SUlawesi Barat maka seharusnya pembangunan secara nyata untukpengembangan SDM harus segera dilakukan." Tegasnya.

Senada dengan Sufyan Sagena, Idris menyatakan bahwa untuk membangun Majene ada tiga hal yang harus diwujudkan dalam meningkatkan daya saing yaitu pertama, adanya interaksi positif antara pelaku pembangunan dengan pemerintah. Kedua, institusi politik harus mampu membangun kekuatan politik yang berkarakter. Eksekutif dan legislatif harus seiring sejalan membangun kekuatan politik di propinsi dan di pusat yang mendorong percepatan pembangunan kabupaten Majene. Ketiga, Idris menambahkan bahwa masyarakat Majene harus memiliki social capital sehingga memiliki culture icon yang khas.

Salah satu peserta dialog Wahyu menyatakan bahwa pemerintah harus mengembangkan sektor pariwisata untuk peningkatan PAD dengan membuat master plan yang disusun oleh orang-orang yang ahli di bidangnya. "Lihat saja Barane yang sepertinya dikelola setengah hati sehingga kesannya bahwa master plan tidak dibuat oleh ahlinya."

Diakhir dialog, Idris menambahkan bahwa untuk mewujudkan Majene yang lebih baik harus ada interaksi positif antara pemerintah, masyarakat dan pelaku ekonomi. "Jawabannya adalah Pemuda, Pemerintah, Pelaku ekonomi harus sering berkomunikasi secara positif sehingga integrasi kebijakan lebih terarah, Dan yang lebih penting, seluruh elemen di Majene harus memiliki inisiatif untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan, dan pemerintah juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, contohnya apa yang digagas oleh K3 harus diapresiasi secara positif oleh pemerintah".(K3/Aw)

Minggu, 18 April 2010

MAJENE BERTEKAD JUARA UMUM MTQ III SULBAR

MAJENE - Pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) ke III Tingkat Propinsi Sulawesi Barat akan dilaksanakan pada tanggal 24 April 2010 pekan depan. Event akbar ini akan dilaksanakan di Kabupaten Majene sebagai tuan rumah sekaligus juara bertahan pada MTQ sebelumnya di Kabupaten Polman.

Sebagai tuan rumah, berbagai persiapan telah dilakukan oleh panitia pelaksana tingkat lokal. Mulai dari pembenahan areal pembangunan Mesjid Raya Majene yang akan ditempati sebagai pusat arena MTQ, maupun pada persiapan teknis peserta yang akan berlaga pada perhelatan tersebut.

Namun, ditengah persiapan yang dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Kabupaten Majene, beberapa kalangan merasakan keprihatinan atas kebijakan LPTQ Majene yang kembali akan mendatangkan peserta dari luar kabupaten Majene.

Direktur Komunitas Kampung Kita (K3) Majene Sulbar, Muhammad Awaluddin yang ditemui Kamis,15 April, menilai bahwa sikap yang ditempuh LPTQ Majene merupakan sebuah langkah mundur. "Sebagai daerah yang diproyeksikan sebagai pusat pendidikan di Sulawesi Barat, langkah yang ditempuh dengan mendatangkan peserta luar dan mengabaikan potensi lokal adalah sebuah blunder besar" ungkap pria yang akrab disapa Awal ini. "Kejuaraan yang didapatkan hanya akan menjadi predikat semu, sementara pembinaan yang seharusnya dilakukan justru terabaikan." tambahnya. Sebagai pusat pendidikan di Sulawesi Barat, Majene seharusnya berbangga dengan potensi lokal yang ada dan terus intens melakukan pembinaan diberbagai aspek termasuk pembinaan terhadap pemahaman Al-Qur'an bagi generasi muda. "Ini adalah sebuah langkah yang turut menodai kesucian Al-Qur'an, menghilangkan nilai syiar Islam dan tujuan awal MTQ, dan sayangnya ini diamini oleh orang yang seharusnya berdiri terdepan membelanya " pungkas Awal.

Sementara itu, pernyataan senada dilontarkan oleh salah seorang pemerhati pendidikan agama di Majene yang enggan namanya dipublikasikan. "Bagaimana Majene bisa melahirkan kader-kader yang mampu bersaing di tingkat yang lebih tinggi jika semangat mereka dipatahkan?, mereka-mereka yang seharusnya bertanggung jawab penuh terhadap pembinaan keagamaan di Majene justru memperlihatkan prilaku tak mengundang simpati". "Jika suatu waktu pemerintah mengeluarkan kebijakan memotong gaji pegawai untuk sumbangan pembinaan LPTQ ataupun semacamnya, tapi cara-cara seperti ini tetap dipertahankan. maka saya tidak ikhlaskan gaji saya dipotong, biar gaji saya dipotong tapi saya tidak akan ikhlaskan!" tegasnya.

logo baru

logo baru
logo

Buku Tamu

 

AUTHOR

Majene, Sulawesi Barat, Indonesia
Saya Lahir dari latar belakang orang tua yang berprofesi pendidik, dan sepertinya bakat itu tersalurkan kepada saya, walaupun masih perlu banyak belajar lagi. Blog ini merupakan bagian dari upaya pendewasaan diri dalam menuangkan gagasan lewat tulisan....bagi yang senang jangan segan-segan kirim koment, demikian pula yang ingin mengkritik, silahkan saja, akan saya terima dengan tangan terbuka...terima kasih

Moment Kami

Moment Kami

Followers

Copyright © 2009 Fresh Themes Gallery | NdyTeeN. All Rights Reserved. Powered by Blogger and Distributed by Blogtemplate4u .