Rabu, 26 Mei 2010

Pendidikan Politik dan Pilkada Majene

Meskipun Era Reformasi telah berjalan lebih kurang 12 tahun, tetapi kita bangsa Indonesia masih ada di dalam masa transisi. Kita belum sepenuhnya secara viable menjalani masa wujud Demokrasi Indonesia yang sebenarnya, tepat dan memang yang diharapkan. Dengan dilakukannya pilkada maka sisi positifnya yang terutama adalah merupakan implementasi dari filosofi demokrasi dimana rakyat atau masyarakat secara langsung tanpa perwakilan memilih, menentukan dan menetapkan pilihannya yang sesuai. Disamping terwujudnya partisipasi dan tertampungnya aspirasi dari masyarakat atau rakyat daerah. Meskipun juga dapat kita lihat adanya berbagai dan beberapa dampak negatif atau kekurangannya, antara lain: Apabila Partai Politik belum mempersiapkan kadernya yang akan menjadi calon yang tahu dengan tepat politik pemerintahan, politik kepemimpinan dan manajemen pemerintahan, akhirnya hanya akan mengandalkan kepada kuantitas massa. Akibatnya akan timbul perbedaan pendapat di antara traditional voters dengan rational voters. Ketidaktahuan rakyat atau masyarakat (karena pendidikan dan sosialisasi) atas calon-calon, menumbuhkan pemilihan “asal” asau sederhanya “asal memilih”, munculnya “money politics” dalam menentukan dan memilih calon-calon dan Memudahkan munculnya konflik horizontal didalam masyarakat pemilih.


Tidak lama lagi Majene akan kembali berpesta, Pesta yang sudah di tunggu-tunggu oleh seluruh rakyat Indonesia. Pesta demokrasi Pilkada yang merupakan ajang penyampaian aspirasi dari masyarakat. Pilkada adalah sebuah mekanisme politik untuk mengartikulasi aspirasi dan kepentingan warga Negara. Setidaknya ada 2 hal yang penting untuk dicermati yaitu Legitimasi politik dan Pendidikan Politik. Yang akan digaris bawahi disini adalah fungsi pilkada sebagai pendidikan politik bagi masyarakat di Majene, Pilkada adalah sebuah alat untuk melakukan pendidikan politik bagi masyarakat agar mereka memahami hak dan kewajibannya. Dengan terlibat dalam proses pelaksanaan Pilkada, diharapkan masyarakat Majene akan mendapatkan pengalaman langsung bagaimana selayaknya seorang masyarakat berkiprah dalam system demokrasi. Ia akan mengerti dan memahami posisinya sebagai pemegang kedaulatan yang sangat menetukan pembangunan Majene kedepan.

Ada banyak sekali harapan yang diinginkan dan dibutuhkan oleh masyarakat, ditengah ekonomi yang semakin berat ini rakyat miskin semakin menderita kehidupannya. Banyak sekali kebutuhan yang semakin sulit untuk dipenuhi, mulai dari masalah kesehatan, pendidikan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-haripun sangatlah berat. Kebutuhan pokok semakin tidak terjangkau lagi, sementara para pejabat masih terus saja melakukan korupsi, kolusi dan nepotisme yang semakin menambah penderitaan rakyat. Untuk itu melalui Pilkada hendaknya menampung aspirasinya dan mencari jalan terbaik untuk penyelesaiannya. Maka peran sosialisasi pemilu akan sangat penting bagi terwujudnya tujuan tersebut.

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia dengan upaya pengajaran dan pelatihan. Tingkat pendidikan sangat berperan didalam daya penyerapan serta kemampuan berkomunikasi. Istilah politik berasal dari bahasa yunani Polis yang artinya kota atau Negara yang kemudian muncul kata-kata polities yang artinya warga Negara dan kata politiko’s yang artinya kewarganegaraan. Politika adalah seni tentang kenegaraan yang dijabarkan dalam praktek di lapangan, sehingga dapat dijelaskan tentang bagaimana hubungan antar manusia (masyarakat) yang tinggal di suatu wilayah yang meskipun memiliki perbedaan pendapat dan kepentingannya, tetap mengakui adanya kepentingan bersama untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya. Politik selalu menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (Public Goals) dan bukan tujuan pribadi seseorang (Privat Goals). Lagipula politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok termasuk partai politik dan kegiatan individu.

Pendidikan politik adalah aktifitas yang bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan orientasi-orientasi politik pada individu. Ia meliputi keyakinan konsep yang memiliki muatan politis, meliputi juga loyalitas dan perasaan politik, serta pengetahuan dan wawasan politik yang menyebabkan seseorang memiliki kesadaran terhadap persoalan politik dan sikap politik. Disamping itu, ia bertujuan agar setiap individu mampu memberikan partisipasi politik yang aktif di masyarakatnya. Pendidikan politik merupakan aktifitas yang terus berlanjut sepanjang hidup manusia dan itu tidak mungkin terwujud secara utuh kecuali dalam sebuah masyarakat yang bebas. Dengan demikian pendidikan politik memiliki tiga tujuan : membentuk kepribadian politik, kesadara politik, dan parsisipasi politik. Pembentukan kepribadian politik dilakukan melalui metode tak langsung, yaitu pelatihan dan sosialisasi, serta metode langsung berupa pengajaran politik dan sejenisnya. Untuk menumbuhkan kesadaran politik dapat ditempuh dua metode yaitu dialog dan pengajaran instruktif. Adapun partisispasi politik, ia terwujud dengan keikutsertaaan individu-individu secara sukarela dalam kehidupan politik masyarakatnya. Pendidikan politik dalam masyarakat manapun mempunyai institusi dan perangkat yang menopangnya. Yang paling mendasar adalah keluarga, sekolah, partai-partai politik, ormas dan lembaga kemahasiswaan dan kepemudaan dan berbagai macam media penerangan. Pendidikan politik juga memiliki dasar dasar ideologis, sosial dan politik. bertolak dari situlah tujuan-tujuannya dirumuskan.

Jika yang dimaksud dengan “Pendidikan” adalah proses menumbuhkan sisi-sisi kepribadian manusia secara seimbang dan integral, maka “Pendidikan Politik” dapat dikategorikan sebagai dimensi pendidikan, dalam konteks bahwa manusia adalah makhluk politik sebagaimana halnya bahwa pendidikan mempunyai fungsi-fungsi pemikiran moral, dan ekonomi, maka pendidikan politik juga mempunyai fungsi politik yang akan direalisasikan oleh lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan politik itulah yang akan menyiapkan anak bangsa untuk mengegeluti persoalan social dalam medan kehidupan dalam bentuk atensi dan partisipasi, menyiapkan mereka untuk mengemban tanggung jawab dan memberi kesempatan yang mungkin mereka bisa menunaikan hak dan kewajibannya. Hal itu menuntut pendidikan anak bangsa untuk menggeluti berbagai persoalan sosial dalam medan kehidupan mereka dalam bentuk partisipasi politiknya, sehingga mereka paham terhadap ideology politik yang dianutnnya untuk kemudian membelanya dan dengannya mereka wujudkan cita-cita diri dan bangsanya. Pendidikan politik inilah yang mentransfer nilai-nilai dan ideology politik dari generasi ke generasi, dimulai dari usia dini dan terus berlanjut sepanjang hayat.

Pendidikan politik merupakan kebutuhan darurat bagi masyarakat, karena berbagai factor yang saling mempengaruhi, dengan demikian pendidikan politiklah yang dapat membentuk perasaan sebagai masyarakat yang benar, membangun individu dengan sifat-sifat yang seharusnya, lalu mengkristalkannya sehingga menjadi nasionalisme yang sebenarnya. Politiklah yang akan menumbuhkan perasaan untuk senantiasa barafiliasi, bertanggung jawab dan berbangga akan jati diri bangsa. Tuntunan ini demikian mendesak dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat Majene, mengingat bahwa penumbuhan perasaan seperti itu menjadikan seorang masyarakat serius mengetahui hak dan kewajibannya, serta berusaha memahami berbagai problematikanya.



Minggu, 09 Mei 2010

Kisah Pua Manyang dan Indo Manyang di Facebook

Membaca dan menyimak status-status dan komentar-komentar di Facebook saya kemudian terispirasi menulis sebuah cerita lucu. Kalau sebelumnya saya menulis tentang Kisa Cinta Kaco Dan Cicci di Tanah Mandar Lama maka sekarang saya akan menulis sebuah kisah tentang Pua Manyang dan Indo Manyang di Facebook. Cerita ini terinspirasi dari perdebatan-perdebatan politik yang seru, lucu dan menegangkan oleh ara politisi-politisi muda Majene di Facebook. Pada saat perdebatan-perdebatan politik ini semakin seru dan panas tiba-tiba sebuah akun Facebook dengan nama Pua Manyang muncul di tengah-tengah perdebatan seru tersebut dengan status dan komentar yang lucu dan kocak.

Namun sebelum lebih jauh mengulas mengenai status-status Pua Manyang dan Indo Manyang di Facebook, saya akan mengulas sedikit mengenai Manyang dan istilah Pua dan Indo.
Manyang atau tuak adalah jenis minuman alami yang berasal dari fermentasi dari bahan minuman/buah yang mengandung gula. Bahan baku yang biasa dipakai adalah cairan yang diambil dari tanaman seperti nira kelapa atau aren, legen dari pohon siwalan atau tal, atau sumber lain. Di Mandar khususnya di Majene, manyang di buat oleh penduduk lokal terdiri dari dua jenis yaitu manyang mammis (Tuak Manis) dan Manyang Mapaiq (Tuak Pahit). Manyang Mammis adalah jenis manyang yang tidak memabukkan dan biasa di minum untuk sekedar memberikan kesegaran alami dan ketahanan pada tubuh untuk beraktivitas lama. Biasanya di Majene, manyang mammis lebih banyak diproduksi pada bulan Ramadhan karena masyarakat lokal Majene menjadikan manyang mammis sebagai minuman suplemen alami. Berbeda dengan manyang mapaiq yang jika dikonsumsi maka akan memabukkan. Biasanya manyang mapaiq diproduksi secara tersembunyi karena jenis minuman ini dilarang beredar secara terbuka.

Nah sobat blogger itu sedikit ulasan mengenai manyang. Sekarang saya mencoba untuk mengulas sedikit mengenai istilah Pua dan Indo. Pastinya sobat blogger penasaran kan ? hehehe.... Pua adalah sebutan atau sapaan lokal bahasa Mandar terhadap seorang ayah/bapak. Beberapa orang tua menyatakan bahwa sebutan Pua adalah sebutan yang sudah sangat tua/purba. Sedangkan Indo adalah sebutan atau sapaan kepada seorang Ibu atau orang tua perempuan.

Sobat blogger sudah mengerti sedikit kan dengan istilah manyang, Pua dan Indo ? So pasti lah heheh. Nah sobat blogger, seperti yang saya ceritakan sebelumnya bahwa kisah ini saya tulis karena terinspirasi dari status dan komentar Pua Manyang dan Indo Manyang yang selalu saja memainkan ritme politik lokal Majene di Facebook.

Berikut ini saya tampilkan gambar yang diambil dari status Pua Manyang di Facebook.

Status Pua Manyang di atas saya tampilkan di bawah.

Pua' Manyang : patindo'o naung siga na'u .... andang sanna' mupendalingai ree ?? ma'uanga digena' daa lao muola-olangani pappolitik apaq andani namusuatang. nau rembassio kambe' .. Pitao lao tauo sapau-paunna assal diang nanna tama di statusna andattoi mala nabuktikan tongang pau-paunna.. marodong duam bongi daa lao bandamo siola-ola... illao tauo.. muirranni ??

Hasil Translate ke Bahasa Indonesia, kurang lebih seperti ini :

Pua' Manyang : Tidurlah cepat anakku .... Kamu sudah tidak pernah lagi mendengar kata-kata ayah. Ayah tadi barusan mel
arang jangan pernah bergaul dengan para politisi. Kamu lihat saja sendiri para politisi itu sering bicara yang tidak betul dan mereka juga tidak bisa membuktikan apa yang mereka katakan. Besok dan seterusnya jangan pernah lagi bergaul lagi dengan mereka.

Dari status Pua Manyang sudah bisa diterjemahkan bahwa Pua Manyang sudah tidak memiliki kepercayaan terhadap politisi-politisi di Majene. Ketidakpercayaan terhadap politisi-politisi lokal digambarkan dengan kesan lucu namun serius melalui pesan morilnya di Status Facebooknya bahwa Pua Manyang melarang anaknya untuk bergaul dengan para
politis.

Nah sobat blogger, berikut ini saya juga menampilkan status Indo Manyang, Istri dari Pua Manyang di Facebook.

Berikut ini saya juga menampilkan status Indo Manyang yang ada di gambar supaya sobat blogger lebih jelas membaca statusnya.

Indo' Manyang : O..todzi na'ue ianasanna, inna'amo lao naola i pua' manyang, cappui bakallu, sita lambami tozdi' tia ma'urussi ppappoliti', anna' sita meke mi mua bongi, sioanga' mai.

Hasil Translate ke Bahasa Indonesia, kurang lebih seperti ini :

Indo' Manyang : Oo Anakku, kemana gerangan Ayahmu ? Ayahmu selalu saja sibuk mengurusi politik sementara sakit batuknya sering kambuh kalau tengah malam. Suruh ayahmu pulang cepat ke rumah.

Nah sobat blogger seperti itulah status Pua Manyang dan Kindo Manyang yang ikut meramaikan diskusi politik dengan sajian yang lucu namun penuh dengan pesan-pesan moril.

Seandainya saja sobat blogger tahu sedikit saja bahasa Mandar pasti sobat blogger sudah tertawa terbahak-bahak. Heheheh

***

Rabu, 05 Mei 2010

MENGGAGAS KEPEMIMPINAN DI MAJENE (Refleksi Jelang Pilkada Bupati Majene 2011 )

Suksesi kepemimpinan orang nomor satu di Majene memang masih jauh. Butuh setahun lagi bagi bupati yang menjabat untuk menunaikan tugas-tugasnya dalam mengemban amanah rakyat yang dipanggulnya. Namun, hingar bingar itu justru telah riuh rendah terdengar disetiap pelosok dari kota sampai jauh ke pedalaman. Geliat para bakal calon untuk menawarkan visi dan misinya kemasyarakat telah mewarnai bahan obrolan dari warkop yang sederhana hingga gedung-gedung mewah. Beragam atribut sosialisasi bahkan telah diedarkan seperti spanduk, kalender, kartu nama dan sejenisnya. Klaim-klaim keberhasilan pun menjadi rebutan terutama bagi calon yang berasal dari kalangan birokrat yang saat ini masih menjabat. Sedangkan calon lain yang masih berada diluar struktur kekuasaan masih berkutat pada tataran penawaran konsep yang sasaran utamanya adalah isu perubahan. Bahkan aroma persaingan bukan lagi hanya milik sang calon, tetapi merambah kemasyarakat yang sekali lagi harus mengaku konstituen fanatik demi sekedar mendapatkan tempat yang layak disisi bakal calon. Atau dengan kata lain menjadi penjilat kelas bawah....

Memahami konteks kepemimpinan, apalagi di wilayah Majene yang ”katanya” memiliki sekian banyak sejarah dengan bentuk tutur dan versinya yang beragam bukanlah sesuatu yang mudah. Sama halnya dengan daerah lain, ada banyak hal yang harus menjadi pertimbangan sebelum memilih bakal calon siapa yang mesti dan layak diunggulkan.

Bagi saya yang tergolong masyarakat awam, pola kepemimpinan yang paling ideal tentunya harus merujuk pada pola kepemimpinan ala rasul. Paling tidak, Rasulullah sebagai pemimpin dimasa lampau telah membuktikan bahwa kepemimpinan beliau sanggup meruntuhkan hegemoni kaum Quraisy yang pada waktu itu begitu berpengaruh di tanah Makkah. Sosok pemimpin seperti rasulullah adalah sebuah jawaban atas kebuntuan berfikir, bertindak, dan kebuntuan berinovasi yang selama ini menjadi sasaran empuk bahan kritikan bagi penguasa.

Dalam konteks kepemimpinan ala rasul, ada beberapa hal yang harus menjadi renungan kita semua. Pertama, bahwa seorang pemimpin harus bersikap realistis. Konsep dan kebijakannya tidak boleh bertentangan dengan realitas kehidupan. Dengan kata lain program-program yang ditawarkan selalu up to date dan tidak mengawang-awang. Ia memiliki visi yang jauh kedepan namun dapat diterjemahkan dalam konsep praksis yang membumi dan bersifat berkesinambungan. Sebagai daerah yang dikenal minim SDA (walau mesti dikaji ulang), Majene butuh pemimpin yang memiliki konsep pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip ekonomis, yaitu efektifitas dan efisiensi. Prinsip ini mengedepankan konsep pembangunan dengan memanfaatkan segala potensi yang ada secara efektif namun dengan tingkat pengeluaran cost yang rendah. Intinya, potensi yang dimiliki oleh Majene dan belum terkelola dengan maksimal harus dipandang sebagai sebuah kekayaan yang dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat. Menjalankan konsep ini memang memerlukan keterlibatan semua pihak termasuk rakyat dan keinginan kuat para stakeholder pemerintahan untuk sedapat mungkin tidak tergiur oleh praktek-praktek pembodohan dan manipulasi terhadap rakyat. Nah, pemimpin yang memahami realitas kehidupan masyarakatnya, tentu akan sadar sepenuhnya apa yang di”butuh”kan oleh masyarakat, tidak hanya terpancing pada apa yang di”inginkan” oleh masyarakat.

Kedua, seorang pemimpin harus yakin dengan kebenaran atas kebijakannya. Dia tidak boleh ragu dengan prinsip-prinsip yang ditawarkan serta kokoh dalam mempertahankan pendiriannya. Ia mesti memiliki karakter yang kuat dalam menelorkan kebijakan namun fleksibel dalam implementasi dilapangan. Ia mesti tahu kapan harus bersikap tegas dan kapan harus melunak dan kapan harus membiarkan atau melindungi. Ia mesti serius dan berwibawa tapi juga rendah hati dan lembut. Amanah, jujur dan adil adalah bunga-bunga yang menghiasi kepemimpinannya. Dalam konteks kepemimpinan yang demikian, Majene membutuhkan pemimpin yang tidak goyah dalam membela kepentingan rakyatnya secara menyeluruh. Apa yang menjadi prinsip dasar hidupnya menjadi prospek bagi dirinya untuk mengabdi sebesar-besarnya untuk memajukan daerah. Prinsip dasar setiap manusia adalah keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang layak dan bahagia dunia akhirat harus diejawantahkan dalam proses kepemimpinannya. Dengan demikian akan lahir seorang pemimpin yang berkarakter dan tidak mudah digoyahkan oleh pengaruh-pengaruh negatif yang dihembuskan oleh orang-orang disekelilingnya.

Ketiga, pemimpin harus sadar betul dengan tanggung jawab yang diembannya. Daya tarik kenikmatan duniawi tidak boleh memisahkan hidupnya dari tanggungjawabnya sebagai pemimpin. Contoh kongkrit, seorang pemimpin yang hanya memikirkan membeli mobil dinas baru pada awal masa pemerintahannya harus dipertanyakan integritasnya. Prestasi seorang pemimpin tidak dapat diukur dari mewahnya fasilitas yang melekat dibanding dengan koleganya yang lain. Tak masalah jika memang kekayaan itu melekat jauh sebelum ia menjabat, karena patut dicurigai jika dalam tempo sebulan menjabat seorang kepala bidang saja sudah mampu memarkir mobil dihalaman rumahnya. Seorang pemimpin yang bertanggung jawab, akan memikirkan prestasi kerjanya ketimbang prestise yang disandangnya.

Keempat, Pemimpin harus memiliki wawasan jauh kedepan dalam merumuskan gagasan-gagasan yang baik, dalam istilah kerennya disebut visioner dan futurictic. Pemimpin ini harus mampu mengubah mindset rakyat dan orang-orang disekelilingnya untuk selalu berfikir untuk kemajuan. Disamping itu, kemampuan mentalnya untuk merancang masa depan selalu mengedepankan rasionalisme. Rasional dalam artian, program-program yang ditawarkan memiliki peluang untuk diterapkan pada saatnya diperlukan dan dibutuhkan serta sesuai dengan kemampuannya.

Kelima, memiliki kesediaan untuk memberdayakan orang lain. Ia harus mampu menjawab tantangan kepemimpinan dengan kesediaan untuk memberdayakan orang lain dengan cara mempercayakan sesuatu kepada orang lain untuk melakukan pelayanan terhadap rakyat. Ia tidak menjadikan dirinya sebagai pusat dari segalanya, dan menerapkan kepemimpinannya dengan melakukan apa yang menjadi bagian dari tugas dan tanggung jawabnya saja. Selain itu, tugas-tugas lainnya didistribusikan kepada orang-orang disekelilingnya yang memiliki kompetensi dan kemampuan dalam menjalankan Visi kepemimpinannya.

Secara filosofis, pendapat dari James Mc Gregor dapat dijadikan acuan yang membedakan kepemimpinan pada dua aspek, yaitu kepemimpinan transaksional dan transformasional. Kepemimpinan transaksional merupakan usaha menjalankan proses kepemimpinan sedemikian rupa sehingga sebagian besar pihak terpuaskan. Dengan kata lain menurut Gregor, kepemimpinan merupakan proses bertransaksi sehingga semua merasa untung dan bahagia karena apa yang dikehendaki didapatkan. Dengan cara seperti ini kepemimpinan dipertahankan karena kehadirannya menjaminkan ada transaksi yang paling menguntungkan. Orang seperti ini akan sulit menjadi pemimpin yang melayani dan memberdayakan. Sedangkan kepemimpinan transformasional, adalah kepemimpinan yang menekankan gerak maju perubahan dari setiap pihak dan dari setiap organisasinya. Didalam mengimplementasikan corak kepemimpinan tersebut, bila perlu diambil resiko-resiko konflik atau pertentangan secara terbuka. Corak transaksional dapat pula digunakan namun tidak untuk mendapatkan rasa senang bagi semua pihak, tetapi demi tercapainya perubahan dan perkembangan sebuah komunitas.

Kelima konsep diatas yang saya tawarkan sebagai renungan bagi siapa saja yang bercita-cita menjadi seorang pemimpin kelak. Walaupun pada prinsipnya setiap orang adalah pemimpin minimal bagi dirinya sendiri. Tapi paling tidak, prinsip-prinsip tersebut dapat diimplementasikan sebagai sebuah tanggung jawab terhadap rakyat dan terhadap Tuhan. Kata kuncinya setiap pemimpian harus memiliki integritas, loyalitas, kapabilitas/kompetensi dan akhlakul karimah. (wallahu a’lam bissawab)

Kamis, 29 April 2010

Majene Potensial Sebagai Pusat Industri Perikanan Di Sulawesi Barat


Majene adalah salah satu kabupaten di Sulawesi Barat dimana seluruh wulayahnya bersentuhan dengan laut sehingga sebagain besar pendudukanya bermata penaharian sebagai nelayan. Potensi ini menurut Kepala Seksi Produksi Penangkapan Ikan dan Pesisir Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulbar, Akhyar bahwa berdasarkan data validasi nasional 2008 tercatat total RTP (Rumah Tangga Perikanan) di Sulbar pada kisaran 15.772 RTP, dan kabupaten Majene menempati terbanyak RTP nya, kemudian disusul Kabupaten Mamuju dengan kisran 3.168 RTP. Sementara kata dia, urutan ketiga adalah Kabupaten Mamuju Utara dengan capaian sebesar 2.897 RTP dan keempat terdapat di Kabupaten Polewali Mandar sebanyak 2.106 RTP.

Senada dengan Akhyar, Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Majene Fadli mengatakan bahwa Potensi perikanan di Majene bisa dikembangkan menjadi perikanan yang berorientasi ekspor apabila ditunjang fasilitas berupa peralatan yang memadai serta sumber daya nelayan yang berkualitas. Indikatornya adalah di Majene terdapat komoditas perikanan laut yang beraneka ragam di antaranya ikan tuna dengan produksi rata-rata 782 ton per tahun, ikan cakalang 694 ton, tongkol 1.025 ton, ikan layang 621 ton, dan ikan terbang 730 ton dengan didukung fasilitas kapal penangkap ikan sebanyak 461 unit dengan alat tangkap sebanyak 10.447 unit. Selain potensi perikanan laut, Majene juga memiliki potensi perikanan tambak pada areal seluas 450 hektare dengan produksi rata-rata 178,9 ton per tahun.

Nah sobat blogger sepertinya tidak ada alasan lagi bagi Pemerintah Propinsi Sulawesi Barat dan Pemkab Majene untuk tidak mewujudkan Majene sebagai pusat industri Perikanan di Sulawesi Barat.

Namun selain potensi-potensi diatas Seperti yang diakui oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Haruna Hamal bahwa di Sulawesi Barat mengalami krisis tenaga penyuluh di bidang perikanan akibat minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang ahli di bidangnya. Tentunya Pemerintah Propinsi Sulbar dan Kabupaten Majene harus segera menyelesaikan masalah krisis Penyuluh Perikanan sebelum menfokuskan kebijakan pada progam pengembangan sektor perikanan.

***

Jumat, 23 April 2010

Kaco & Cicci ; Kisah Cinta Mati dari Tanah Mandar Lama

Heheh sama seperti cerita sebelumnya tentang kisah cinta sang pemimpin kepada rakyatnya, kali ini saya juga mau berbagi cerita dengan sobat blogger. Kisah ini menceritakan tentang kisah cinta dua sejoli. Hehe kalau di Eropa yang terkenal kan cerita tentang Romeo & Juliet tapi kalau di Tanah Mandar Lama alias Majene ada cerita yang kebih seru dari Romeo & Juliet. Mau tahu gimana ceritanya ?? hehe simak baik-baik. Inilah kisah cinta Kaco dan Cicci.

Dahulu kala di Majene hiduplah seorang lelaki tampan dan jantan bernama Kaco di sebuah desa kecil di Tanah Mandar Lama, 'Kappung Pangale'. Walaupun dia terkenal sebagai seorang lelaki jantan yang pantang menyerah namun dibalik simbol kejantanannya dia menyimpan sebuah rahasia. Yaitu sifat rendah dirinya. Kaco adalah seorang manusia yang pembelajar di kampungnya pada saat itu. Setiap hari setelah menyelesaikan pekerjaannya sebagai 'posasi' (nelayan), dia selalu menyempatkan diri untuk membaca buku atau membaca berita-berita terbaru sehingga dia tidak pernah ketinggalan informasi.

Karena aktivitasnya yang bekerja dan membaca setiap harinya sehingga Kaco menjadi seorang lelaki cerdas namun tidak romantis. Hingga suatu saat pada saat umurnya sudah mencapai 25 tahun, Kaco kemudian resah karena dia tidak memiliki seorang pacar atau paling tidak seorang perempuan yang dia idam-idamkan.

Tiba-tiba, Pua'nya (ayahnya) Kaco menyuruh Kaco untuk pergi memesan kowi' (badik) di Pambo'borang (sebuah kampung pandai besi di Majene). Kaco pun segera melaksanakan perintah Pua'nya. Setiba di Pambo'borang, di gubuk seorang Pandai Besi (tidak disebutkan namanya dalam kisah ini), Kaco tiba-tiba tercengang kaget melihat panda besi itu sedang membuat kowi'. Pasalnya, besi' yang dibuat menjadi kowi' yang biasanya dibakar dalam bara api dan dipipihkan dengan Palu beton ternyata tidak seperti yang dibayangkan oleh Kaco. Besi yang dibuat manjadi kowi' itu hanya diasah, dipipihkan dan ditajamkan dengan ibu jari dan jari telunjuk.

Sungguh kaget si Kaco melihatnya, tapi lebih kaget lagi si pandai besi karena dia tidak menyangka bahwa ada yang sudah melihat kesaktiannya secara langsung dan gratis. Pandai besi kemudian mengamanahkan kepada Kaco agar semua yang dilihatnya tidak disampaikan kepada orang lain alias hanya menjadi rahasia Kaco dan si Pandai Besi dan jika amanah ini di langgar maka Kaco akan mengalami kecelakaan yang bisa membuat dirinya cacat seumur hidup. Kaco pun berjanji tidak akan menceritakannya kepada siapapun. Setelah menyampaikan keinginannya kepada Pandai Besi yaitu untuk dibuatkan sebuah kowi' yang sakti pesanan Pua'nya (entah apa kesaktian kowi' itu tidak disebutkan dalam kisah ini), kaco pun kembali ke rumahnya di Pangale. Dalam perjalanan pulangnya ke Pangale, Kaco terus memikirkan kejadian yang baru saja dia lihat. Otaknya bekerja keras merasionalkan kesaktian pandai besi itu. (Sampai sekarang Pambo'borang dikenal sebagai kampung pandai besi di Mandar).

Dalam perjalanan pulangnya dari Pambo'borang dengan massaeyang (menunggang kuda), Kaco singgah di sebuah sungai yang jernih airnya (sekarang disebut sebagai sungai Malle, sebuah tempat wisata alam di Majene). Pada saat ingin mengambil air untuk diminum tiba-tiba Kaco melihat seorang perempuan yang sangat cantik (heheh jelas melebihi kecantikan Juliet di Eropa..) yang sedang mandi di sungai bersama dengan lima orang perempuan lainnya. Perempuan itu kaget karena sungai yang biasanya aman dia tempati untuk mandi tiba-tiba didatangi oleh seorang lelaki, Kaco. Perempuan yang cantik itu kemudian memerintahkan kepada kelima orang perempuan yang menemaninya untuk menanyakan identitas Kaco yang sudah berani mendatangi tempat permandian rahasia seorang ana' Mara'dia (Putri Raja). Heheh sobat blogger sudah ngerti kan sampai disini ceritanya ?? Perempuan yang cantik itulah yang namanya Cicci, seorang ningrat yang bekal jadi Istri Kaco nantinya... )

Heheh lanjut cerita, ternyata kelima perempuan itu ternyata adalah dayang-dayang (pengawal perempuan) Cicci. Mereka pun segera mendekati Kaco dan menanyakan identitasnya. Pada saat yang sama Kaco un menanyakan identitas perempuan cantik itu. Disinilah awal mula kisah cinta Kaco dan Cicci.

Heheh sebelum lanjut baca cerita ini sobat blogger buat kopi dulu biar melek itu mata hehehe dan .. pasang mata sobat baik-baik, ...jangan sampai sobat melewatkan kisah serunya Kaco dan Cicci...

Singkat cerita, ternyata melihat ketampanan Kaco, Cicci diam-diam jatuh cinta pada pandangan pertama, namun sebagai penghargaan terhadap tradisi, Cicci sebagai perempuan Mandar pantang menyatakan cintanya kepada seorang Lelaki, meskipun dia harus menahan perasaannya... hehehe maseke' picera' ilalango'o kandi' (Luka dalam akibat patah hati).

Kelima dayang-dayang tadi kemudian mengusir Kaco dari taman permandian Cicci di sungai Malle.' Namun, tiba-tiba Cicci memberi kode kepada Dayang-Dayangnya untuk menahan Kaco supaya tidak meninggalkan sungai. Cicci kemudian mendekati Kaco dan menanyakan identitasnya dan akhirnya terjadilah proses saling kenal mengenal diantara mereka berdua. Kaco kemudian meminta maaf kepada Cicci karena tidak sengaja memasuki taman permandian rahasia seorang ana' mara'dia dan dia juga menceritakan kronologis perjalanannya seharian. Dalam proses kenal mengenal di antara mereka berdua, Cicci yang dalam keadaan basah kuyup habis berendam kemudian tiba-tiba mengajak Kaco untuk berkunjung ke rumahnya di Betteng (Sampai sekarang desa Betteng dikenal menyimpan situs-situs kerajaan) ,.. Namun, pada saat yang sama Kaco menolak dengan alasan bahwa dia harus sampai ke rumahnya sebelum petang. Cicci pun mengerti tapi sebelum berpisah dengan Kaco, Cicci mengajak Kaco untuk berkunjung ke rumahnya suatu saat dan Kaco pun mengiyakan.

Sesampai di rumah, Kaco pun menceritakan kepada Pua'nya tentang pertemuannya dengan seorang ana' Mara'dia yang bernama Cicci dan kemudian langsung menyatakan niatnya kepada Pua'nya untuk melamar Cicci sesegera mungkin. Pua'nya Kaco tiba-tiba tersentak kaget karena mendengar apa yang barusan dikatakan oleh Kaco bahwa dia tidak akan menikah sampai dia Mati kalau tidak menikah dengan Cicci. Itu sumpah Kaco.

Namun, Pua'nya Kaco pun mendukung niat anaknya dengan menyatakan bahwa 'Dotai ruppu dadzi lele tuali' maksudnya lebih baik mati dari pada mundur. Setelah mendapat restu, Pua'nya Kaco menyuruh Kaco berkunjung ke rumah Kakeknya di Baruga (Sebuah Kampung Santri di Tanah Mandar Lama sampai sekarang) untuk meminta Restu dan wejangan dari kakeknya yang juga seorang 'Panrita' (Ulama) yang sakti manraguna.

Beberapa hari kemudian, Kaco pun melaksanakan amanah Pua'nya untuk berkunjung ke rumah kakeknya. Walhasil, Kakeknya pun merestui niat Kaco dan menyarankan untuk segera mewujudkan niatnya. Namun, supaya Kaco bertambah kepercayaan dirinya dan semakin berkharisma, Kakeknya kemudian memberikan sebuah do'a yang harus sering-sering dia lafadzkan sebelum dan sesudah mendirikan shalat. Do'anya cukup pendek, hanya sebuah kalimat Shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Tanpa Kaco sadari bahwa setelah dia sering melafadzkan Shalawat Nabi, setiap dia berjalan berkeliling desanya, semua orang menatap kepadanya, pada saat melaut ikan-ikan pun menghampirinya dan semakin bertambah kecerdasannya, sepertinya samudera pengetahuaan sudah terhampar luas dihadapannya.

Pada saat berkunjung ke rumah Cicci untuk bertemu dan sekalian juga untuk mewujudkan niatnya, Kaco dihalangi oleh Prajurit Raja. Nampaknya Isu santer yang beredar di Istana bahwa Cicci sedang jatuh cinta dengan seorang rakyat biasa sudah sampai ke telinga Raja sehingga jika Kaco berkunjung ke Istana harus di halangi dan tidak boleh bertemu dengan Cicci.

Singkat cerita, Melihat kebekuan hati ayahnya, Cicci yang sudah cinta mati kepada Kaco rela 'sipaindongan' (Kawin lari) dengan Kaco. Setelah sipaindongan maka Kaco menjadi buronan Istana.

Beberapa bulan kemudian setelah 'sipaindongan', terdengar berita sampai ke istana bahwa Kaco dan CIcci sedang berada di Rangas. Sebuah daerah di Majene yang terkenal hanya karena salah seorang seorang penduduknya adalah sando reppo' (Dukun sakti yang mengobati orang yang cedera patah tulang).

sang Mara'dia pun memerintahkan kepada prajurit untuk segera menculik Cicci dan menangkap Kaco di Rangas. Walhasil karena kurang waspadanya Kaco dan Cicci akhirnya mereka ditangkap. Cicci di culik tanpa sepengetahuan Kaco dan Kaco ditangkap tanpa sepengetahuan Cicci.

Setelah keduanya di tangkap, Cicci kemudian kembali menjalani kehidupannya sebagai ana' Mara'dia di istana dan Kaco dihukum penajara di sebuah tempat yang tidak diketahui oleh Cicci. Cicci yang setiap harinya merenung tiba-tiba dia mendengar kabar dari dayang-dayangnya bahwa kaco di Penjara oleh ayahnya di sebuah Penjara Rahasia dia Buttu Ulumanda (Sebuah gunung di daerah Ulumanda). Maka tanpa sepengetahuan ayahnya, maka pergilah Cicci ke Ulumanda untuk bertemu dengan sang kekasih. Sesaat samapi di Ulumanda, Cicci kemudian bertemu dengan prajurit penjaga penjara dan meminta kepada Prajurit untuk membebaskan Kaco dengan alasan bahwa ini adalah Perintah ayahnya sang Mara'dia. Setelah bebas, Kaco dan Cicci kemudian melarikan diri dan ditangkap kembali oleh prajurit suruhan Mara'dia di sebuah tempat yang subur di daerah Malunda. Karena sudah capek di sipaindongang, diburu dan ditangkap ditambah lagi dengan keinginan kuat Cicci untuk sehidup semati dengan Kaco sehingga Cicci menyuruh Kaco untuk membunuhnya tapi Kaco menolak dengan alasan tidak dibenarkan oleh agama tapi rupanya Cicci langsung menikamkan Badik ke jantung Kaco tanpa sepengetahuannya hingga Kaco meninggal dunia dan akhirnya Cicci pun juga menghunuskan Badik ke perutnya dan akhirnya keduanya meninggal dunia karena CINTA dan TRADISI. .. End Story..***

Nah sobat bloger... sungguh tragis kisah cinta Kaco dan Cicci ... Hhihihi Hanya karena melawan tradisi demi memperjuangkan cintanya, mereka rela Mati..

Nah sekarang bagaimana dengan anda sobat blogger .. apakah sobat bisa mempertahankan cinta anda seperti kisah Kaco dan Cicci di atas ??? Tentunya hanya anda yang lebih tahu..

Alur cerita Kisah Kaco dan Cicci di Tanah Mandar sampai sekarang sebenarnya belum jelas namun yang pasti adalah kisah cinta abadi Kaco dan Cicci pernah ada di Tanah Mandar. Demi untuk mengangkat kembali cerita-cerita rakyat seperti ini, penulis memfiksikan alur cerita Kaco dan Cicci.

Akhirul Qalam…
Penulis mengucapkan Terimakasih kepada sobat Jumri dan Siraj atas inspirasi kreatifnya dalam mengisi kekosongan alur cerita fiksi ini. Dan... Mohon Maaf yang sebesar-besarnya jika ada yang merasa tersinggung dengan terbitnya tulisan ini atau karena ada kesalahan kosakata dalam tulisan ini karena Tak Ada Gading Yang Tak Retak…

Terimakasih...

Cinta sang Pemimpin. ; Bukan Cinta Biasa


Hi sobat blogger ... ketemu lagi.

Kali ini saya mau bercerita sidikit tentang kebaikan dan cinta sang pemimpin kepada rakyatnya.
Begini ceritanya.. simak baik-baik yach.

Pada suatu hari ada seorang calon pemimpin bernama Aku Anak Saleh yang sedang gencar-gencarnya mengeluarkan jurus mabuknya untuk memenangkan pesta politik lokal Kadipaten Majenang di sebuah negeri 'Anta Berantakan'. Aku Anak Saleh yang biasa akrab dipanggil Saleh oleh para konstituennya pada saat kampanye menyatakan janji politiknya untuk membebaskan rakyatnya dari belenggu kemiskinan dan kemelaratan dan dia juga berjanji akan membuka lapangan kerja seluas-luasnya kepada rakyatnya. Begitulah janji politiknya.

Walhasil, pada saat pengumuman KPU tentang pemenang suara terbanyak Pilkada, Saleh berhasil memenangkan Pesta Politik. Satu tahun berjalan Pemerintahan Saleh, belum ada perubahan yang signifikan tentang kesejahteraan rakyatnya. Lambat laun terdengar santer kabar bahwa 7 Perusahaan Kecil Menengah (PKM) akan menanamkan modalnya di Majenang untuk mengeksploitasi Sumber Daya Alamnya, lebih jelasnya mengeksploitasi migasnya. 7 PKM itu menurut kabar burung yang beredar adalah PT Exxon Mobile, Pearl Oil, Marathon International, Conoco Phlips, Statoil Hydro, Tatelly dan PTT Ep Thailand.

Wah... Betapa girang rakyatnya pada saat mendengar kabar itu. Beberapa pendukung politiknya pada saat pilkada turut memberikan apresiasi atas keberhasilannya. Ada yang mengatakan bahwa Saleh adalah calon pemimpin yang baik karena telah berhasil memanggil investor PKM ke daerahnya dan ada juga yang mengatakan bahwa Saleh adalah pemimpin yang hebat karena tidak dia telah memenuhi janjinya yaitu setelah pabrik-pabrik eksploitasi migas berdiri daerahnya maka lapangan kerja yang luas akan terbuka lebar. Seperti itulah umumnya pemikiran rakyat Saleh pada saat kepemimpinannya.

Tapi, beberapa aktivis muda dari Jaringan Muda sedang berwacana lain. Mereka menolak gagasan Saleh karena menganggap bahwa PKM yang notabenenya berasal dari negeri Sammiri, negeri para kulit putih hanya akan memberikan kemudaratan dan penderitaan bagi rakyatnya. Jaringan muda kemudian dengan gencarnya menolak eksploitasi Migas PKM di daerahnya dengan cara melakukan aksi demonstrasi mengajak segenap rakyat Majenang untuk bersama-sama menolak eksploitasi PKM. Jaringan Muda bahkan memberikan bukti-bukti empirik negara-negara yang rakyatnya dimiskinkan karena hasrat eksploitasi PKM seperti Indonesia. Mereka juga memberikan bukti empirik bahwa negara-negara anti Sammiri seperti Mercorsur, Iran Dan Cina berani menolak mentah-mentah tawaran investasi PKM di negaranya.

Tapi …. Walhasil … teriakan Jaringan Muda hanya dianggap miring oleh sebagian besar rakyat Majenang bahwa Jaringan Muda hanya tahu memprofokasi rakyat. Beberapa aktivis dari jaringan Muda satu persatu saling meninggalkan dan diam-diam keluar dari Jaringan Muda. Alasannya sederhana, yaitu mereka tidak ingin dicap sebagai profokator... End Story..

Yach sobat blogger Seperti itulah ceritanya sobat dan seperti itulah cinta seorang Saleh kepada rakyatnya, bukan cinta biasa. hehehe... Nah sekarang saya mau bertanya, kira-kira makna apa yang bisa diambil dari cerita di atas ?? Tentunya sobat blogger ada yang berpendapat bahwa Saleh Sudah memenuhi janji politiknya dengan mengajak PKM untuk berinvestasi di daerahnya, Majenang. Dan tentunya juga sobat blogger pasti ada yang berpendapat bahwa Jaringan Muda adalah kelompok pemuda yang tidak bisa mempertahankan idealismenya, dll, dll.

Nah setelah membaca cerita di atas silahkan beri komentar yach :).. heheh saya pamit dulu sobat, lapar.. mau makan malam duluuuuuuuu... Bye...

Rabu, 21 April 2010

Majene Butuh Pemimpin Yang Progressif Dan Ikhlas.

MAJENE - Seusai pelaksanaan Weekend Dialogue yang diprakarsai Komunitas Kampung Kita (K3) Majene Sulawesi Barat Sabtu, 10 April pekan kemarin, Direktur K3 Muhammmad Awaluddin menilai bahwa sudah saatnya Majene kedepan dipimpin oleh orang yang memiliki kemampuan membaca peluang khususnya memiliki kemampuan untuk membuat program yang dapat mengakselerasi pembangunan dengan modal SDA dan PAD yang minim.

"Majene membutuhkan seorang pemimpin yang mampu membuat terobosan-terobosan dalam pembangunan sehingga memikat para pelaku usaha untuk menanamkan modalnya di Majene" ungkap Awaluddin. "Tengoklah pemerintah propinsi Sulawesi Barat secara umum, pembangunan yang dicanangkan oleh pemerintah propinsi sedikit banyak telah menunjukkan dampak yang cukup baik sehingga mampu mendatangkan investor dari manca negara untuk berinvestasi di sulbar" tambahnya.

Namun, yang lebih penting dari itu, disamping memberikan kemudahan berinvestasi di Majene, pemerintah juga harus tetap menjaga iklim pertumbuhan usaha mikro kecil yang sudah lama berkembang di Majene. "Jangan sampai usaha-usaha produktif masyarakat diabaikan sehingga justru mematikan peluang masyarakat untuk meningkatkan taraf ekonominya" tambah Awaluddin.

Senada dengan itu, Direktur Margin Society Institute (MSI) Ahdiat Dj menilai bahwa saat ini pemerintah sebaiknya lebih fokus menelorkan program-program yang dapat meningkatkan sumber PAD Majene. "Seperti peningkatan sumber pendapatan di bidang pariwisata, pemerintah dapat mengembangkan beberapa obyek pariwisata yang sudah ada" beber Ahdiat. Pemerintah juga dapat meningkatkan penghasilan daerah dengan memaksimalkan obyek-obyek pajak yang ada terutama dari perusahaan-perusahaan skala menengah yang ada di Majene. "Tentunya juga harus disertai dengan penyadaran terhadap masyarakat tentang pentingnya pajak dengan memulai gerakan membayar pajak penghasilan pribadi dari kalangan birokrasi pemerintahan" tambahnya.

Diakhir wawancara Muhammad Awaluddin menegaskan bahwa pada prinsipnya dengan berbagai pencanangan program yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan berjalan dengan baik jika tidak dibarengi dengan keikhlasan bekerja untuk membangun daerah.Jika pemimpin tidak ikhlas bekerja untuk rakyat, semua jargon-jargon dalam visi dan misi hanya akan jadi pemanis tampilan poster dan baliho, "Hal ini akan membuat rakyat semakin kehilangan kepercayaan kepada pemerintah" pungkas Awaluddin.

Senin, 19 April 2010

MTQ ; SARANA MEMBANGUN SEMANGAT KEMANDIRIAN LOKAL.

Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) Tingkat Propinsi Sulawesi Barat yang ke-III tahun ini akan dilaksanakan pada tanggal 24 April 2010 di Kabupaten Majene. Majene adalah salah satu kabupaten dalam wilayah propinsi Sulawesi Barat yang merupakan juara umum MTQ tingkat propinsi Sulawesi Barat yang ke-II yang digelar di Kabupaten Polewali Mandar dua tahun silam.

Musabaqah Tilawatil Qur’an dikenal bukan hanya sebuah peristiwa “religius” yang fokus melombakan seni baca Al-qur’an tetapi juga alat legitimasi untuk mengukur tingkat kemampuan dalam pemahaman di bidang tertentu, khususnya yang berkaitan dengan Qur’an. Dari arena MTQ lahir pembaca Qur’an terbaik, penafsir Qur’an yang mumpuni, bahkan penulis kaligrafi ayat Qur’an yang piawai.

Lebih dari itu, MTQ juga merupakan peristiwa budaya yang telah mengakar dan menjadi tradisi untuk menampilkan keaneka ragaman budaya keislaman daerah-daerah tertentu di Indonesia. Event MTQ juga dapat menjadi sarana gratis untuk melakukan pameran kebudayaan, pameran bisnis, bahkan pameran komoditi suatu daerah. Tak heran jika banyak daerah yang antusias menjadi tuan rumah perhelatan tersebut terutama dalam skala nasional. Dan umat Islam patut berbangga bahwa kita dapat menjadikan lomba seni baca Qur’an sebagai kegiatan nasional yang dilaksanakan secara berkelanjutan.

Dalam konteks Sulawesi Barat, sebagai propinsi termuda di Indonesia tentu berupaya menjadikan MTQ sebagai sarana membangun kebersamaan dan ukhuwah Islamiyah yang dibangun diatas landasan persaudaraan yang kuat serta kemandirian sebagai rakyat Mandar. Semangat kemandirian yang coba dibangun oleh para pendahulu yang merintis terbentuknya propinsi Sulawesi Barat sepatutnya turut menjadi spirit yang mewarnai setiap perhelatan akbar di Sulawesi Barat, termasuk perhelatan MTQ. Kemandirian yang dimaksud adalah upaya untuk lebih mengedepankan semangat membangun Sulawesi Barat dengan memanfaatkan sebesar-besarnya potensi lokal Sulawesi Barat dalam konteks pembangunan di segala bidang. Setelah Sulawesi Barat terbentuk, saat yang telah lama dinantikan untuk segera membenahi pembangunan di segala lini dan lepas dari bayang-bayang keterbelakangan menjadi prioritas utama sebagai cita-cita membangun kemandirian.

Namun, satu hal cukup memprihatinkan menjadi catatan buruk MTQ, juga senantiasa menjadi pemandangan umum dalam setiap perhelatan tersebut. Pelaksanaan MTQ terkadang menjadi ajang transaksi bagi kalangan tertentu untuk memenangkan sebuah daerah sebagai juara umum. Transaksi yang dilakoni oleh para “makelar” MTQ mampu merubah imej MTQ sebagai ajang prestasi menjadi “prestise”. Bahkan lebih buruk lagi, MTQ kadang menjadi alat jualan bagi kalangan tertentu untuk tujuan politis merebut kekuasaan.

Yang dikorbankan tentu saja banyak aspek. Pertama, pembinaan menjadi terbengkalai. Keinginan kuat untuk menjadi yang terbaik di ajang MTQ kadang membuat suatu daerah menghalalkan segala cara termasuk me”rental” peserta untuk memperkuat kafilah. Hasil akhir semakin menjadi prioritas dan mengabaikan proses yang berjalan sebagai sebuah siklus menuju kematangan dalam berprestasi. Kedua, Banyak potensi lokal daerah yang akhirnya harus gigit jari karena luput dari perhatian stakeholder yang menangani urusan MTQ. Mereka lebih senang memakai jasa “makelar” MTQ daripada mengakomodir potensi lokal yang ada. Semangat kuat potensi lokal untuk berprestasi dikancah lebih tinggi dipatahkan oleh syahwat kemenangan yang lebih mendominasi. Akibat jangka panjangnya tentu menyebabkan regenerasi yang dicita-citakan menjadi terputus. Ketiga, pemborosan sekaligus pemanfaatan APBD yang tidak tepat sasaran. Patut dicermati, dana yang digunakan untuk melaksanakan MTQ sebagian besarnya dibebankan pada APBD. Salah satu item pendanaan yang menjadi prioritas tentunya akan digunakan unuk membiayai akomodasi peserta dari luar yang akan didatangkan oleh pemerintah daerah bersangkutan. Dana yang dihabiskan tentu tidak sedikit, bisa puluhan hingga ratusan juta rupiah. Pada prinsipnya, APBD yang bersumber dari pajak rakyat kemudian digunakan pada kebijakan yang sama sekali tidak pro-rakyat adalah sebuah pengkhianatan besar pada rakyat.

Sebagai tuan rumah sekaligus juara umum, Kafilah MTQ Majene melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan apa yang telah pernah diraihnya. Jika kemudian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Majene melakukan langkah yang sama, tentu merupakan sebuah kemunduran besar. LPTQ sebagai pemegang otoritas pembinaan di bidang MTQ baik skala nasional maupun daerah adalah sebuah lembaga yang tentunya terdiri dari orang-orang yang memiliki niat yang sama untuk membangun upaya pembinaan generasi Qur’ani. Tak heran jika LPTQ banyak didominasi oleh para ulama, kiyai, ustadz, guru mengaji dan para pemerhati Qur’an. Jika kemudian LPTQ tunduk pada hegemoni kekuasaan dan larut dalam “mencampur-adukkan” kepentingan dan tujuan mulia MTQ maka kadar keulamaan pengurus LPTQ tersebut patut dievaluasi.

Dengan alasan apapun dan ditinjau dari segi manapun, tradisi rental-merental peserta yang marak terjadi di MTQ harus menjadi bahan renungan kita semua. Jika tradisi-tradisi yang dibangun melalui simbol agama turut pula terkontaminasi oleh syahwat rendah para penguasa, lalu kemana lagi harapan pembinaan generasi Qur’ani ini akan dialamatkan?

Majene Harus Memiliki Daya Saing.

Dalam mengakselerasi pembangunan yang lebih maju di Majene, maka Majene harus mampu meningkatkan daya saing baik dalam kancah lokal maupun global. Hal itu terungkap dari weekend Dialogue yang diprakarsai oleh Komunitas Kampung Kita (K3) Majene Sulawesi Barat,Sabtu 10 April Pekan lalu di Aulia Kafe Majene. Dialog yang mengusung tema Membangun Masa Depan Majene Yang Lebih Baik tersebut melibatkan nara sumber yaitu Bupati Majene H.Kalma Katta, H.Sufyan Sagena dan Dr. Idris DP,MA.
Kalma Katta yang didapuk sebagai Key Note Speaker mengemukakan bahwa Majene saat ini mengalami beberapa kendala terutama belum adanya analisis yang akurat terhadap perkembangan beberapa sektor unggulan yang ada di Majene. Hal itu juga dipengaruhi oleh APBD Majene yang dikelola yang berasal dari PAD masih sangat minim dengan perbandingan 3% berbanding 97% dari dana pemerintah pusat. Dana pusat yang diberikan kepada pemerintah daerah biasanya telah ditentukan peruntukaannya sehingga pemerintah daerah harus menggunakannya sesuai juknis dari pusat."Pemerintah daerah tidak punya kewenangan melakukan intervensi khususnya hal-hal teknis, sehingga untuk meningkatkan pembangunan berbasis kebutuhan lokal, pemerintah berupaya untuk sedapat mungkin meningkatkan PAD lewat beberapa sektor terutama pertanian dan kelautan." Cetusnya. Kalma juga menitipkan bahwa sebuah daerah jangan hanya menuntut pemimpin yang memiliki wawasan yang bagus tapi juga rakyat juga harus memilikinya. "perlu peningkatan SDM yang memiliki akhlak dan moral yang bagus." Tambahnya.

Sementara itu, Sufyan Sagena lebih menekankan pentingnya pemanfaatan potensi SDM. "Sudah sangat jelas banwa Majene adalah Pusat pendidikan di SUlawesi Barat maka seharusnya pembangunan secara nyata untukpengembangan SDM harus segera dilakukan." Tegasnya.

Senada dengan Sufyan Sagena, Idris menyatakan bahwa untuk membangun Majene ada tiga hal yang harus diwujudkan dalam meningkatkan daya saing yaitu pertama, adanya interaksi positif antara pelaku pembangunan dengan pemerintah. Kedua, institusi politik harus mampu membangun kekuatan politik yang berkarakter. Eksekutif dan legislatif harus seiring sejalan membangun kekuatan politik di propinsi dan di pusat yang mendorong percepatan pembangunan kabupaten Majene. Ketiga, Idris menambahkan bahwa masyarakat Majene harus memiliki social capital sehingga memiliki culture icon yang khas.

Salah satu peserta dialog Wahyu menyatakan bahwa pemerintah harus mengembangkan sektor pariwisata untuk peningkatan PAD dengan membuat master plan yang disusun oleh orang-orang yang ahli di bidangnya. "Lihat saja Barane yang sepertinya dikelola setengah hati sehingga kesannya bahwa master plan tidak dibuat oleh ahlinya."

Diakhir dialog, Idris menambahkan bahwa untuk mewujudkan Majene yang lebih baik harus ada interaksi positif antara pemerintah, masyarakat dan pelaku ekonomi. "Jawabannya adalah Pemuda, Pemerintah, Pelaku ekonomi harus sering berkomunikasi secara positif sehingga integrasi kebijakan lebih terarah, Dan yang lebih penting, seluruh elemen di Majene harus memiliki inisiatif untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan, dan pemerintah juga memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan, contohnya apa yang digagas oleh K3 harus diapresiasi secara positif oleh pemerintah".(K3/Aw)

Minggu, 18 April 2010

MAJENE BERTEKAD JUARA UMUM MTQ III SULBAR

MAJENE - Pelaksanaan Musabaqah Tilawatil Qur'an (MTQ) ke III Tingkat Propinsi Sulawesi Barat akan dilaksanakan pada tanggal 24 April 2010 pekan depan. Event akbar ini akan dilaksanakan di Kabupaten Majene sebagai tuan rumah sekaligus juara bertahan pada MTQ sebelumnya di Kabupaten Polman.

Sebagai tuan rumah, berbagai persiapan telah dilakukan oleh panitia pelaksana tingkat lokal. Mulai dari pembenahan areal pembangunan Mesjid Raya Majene yang akan ditempati sebagai pusat arena MTQ, maupun pada persiapan teknis peserta yang akan berlaga pada perhelatan tersebut.

Namun, ditengah persiapan yang dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Kabupaten Majene, beberapa kalangan merasakan keprihatinan atas kebijakan LPTQ Majene yang kembali akan mendatangkan peserta dari luar kabupaten Majene.

Direktur Komunitas Kampung Kita (K3) Majene Sulbar, Muhammad Awaluddin yang ditemui Kamis,15 April, menilai bahwa sikap yang ditempuh LPTQ Majene merupakan sebuah langkah mundur. "Sebagai daerah yang diproyeksikan sebagai pusat pendidikan di Sulawesi Barat, langkah yang ditempuh dengan mendatangkan peserta luar dan mengabaikan potensi lokal adalah sebuah blunder besar" ungkap pria yang akrab disapa Awal ini. "Kejuaraan yang didapatkan hanya akan menjadi predikat semu, sementara pembinaan yang seharusnya dilakukan justru terabaikan." tambahnya. Sebagai pusat pendidikan di Sulawesi Barat, Majene seharusnya berbangga dengan potensi lokal yang ada dan terus intens melakukan pembinaan diberbagai aspek termasuk pembinaan terhadap pemahaman Al-Qur'an bagi generasi muda. "Ini adalah sebuah langkah yang turut menodai kesucian Al-Qur'an, menghilangkan nilai syiar Islam dan tujuan awal MTQ, dan sayangnya ini diamini oleh orang yang seharusnya berdiri terdepan membelanya " pungkas Awal.

Sementara itu, pernyataan senada dilontarkan oleh salah seorang pemerhati pendidikan agama di Majene yang enggan namanya dipublikasikan. "Bagaimana Majene bisa melahirkan kader-kader yang mampu bersaing di tingkat yang lebih tinggi jika semangat mereka dipatahkan?, mereka-mereka yang seharusnya bertanggung jawab penuh terhadap pembinaan keagamaan di Majene justru memperlihatkan prilaku tak mengundang simpati". "Jika suatu waktu pemerintah mengeluarkan kebijakan memotong gaji pegawai untuk sumbangan pembinaan LPTQ ataupun semacamnya, tapi cara-cara seperti ini tetap dipertahankan. maka saya tidak ikhlaskan gaji saya dipotong, biar gaji saya dipotong tapi saya tidak akan ikhlaskan!" tegasnya.

logo baru

logo baru
logo

Buku Tamu

 

AUTHOR

Majene, Sulawesi Barat, Indonesia
Saya Lahir dari latar belakang orang tua yang berprofesi pendidik, dan sepertinya bakat itu tersalurkan kepada saya, walaupun masih perlu banyak belajar lagi. Blog ini merupakan bagian dari upaya pendewasaan diri dalam menuangkan gagasan lewat tulisan....bagi yang senang jangan segan-segan kirim koment, demikian pula yang ingin mengkritik, silahkan saja, akan saya terima dengan tangan terbuka...terima kasih

Moment Kami

Moment Kami

Followers

Copyright © 2009 Fresh Themes Gallery | NdyTeeN. All Rights Reserved. Powered by Blogger and Distributed by Blogtemplate4u .